Mahathir mengemukakan hal itu di Kuala Lumpur, Senin, saat jumpa pers dengan media setelah pertemuan puncak utama Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM).
Hadir mendampingi Ketua PPBM, Muhyiddin Yasin dan sejumlah pengurus lain.
Dia mengatakan pemerintah harus berbicara dengan Singapura tentang hal itu dan kompensasi yang harus dibayarkan.
"Ini tidak menguntungkan, itu akan menghabiskan banyak uang. Kami tidak akan menghasilkan uang sama sekali dari operasi. Ini hanya sebuah jalur pendek," katanya
Dia mengatakan kompensasi yang seharusnya dibayar akan menjadi RM 500 juta.
Sebelumnya dia mengatakan ada kebutuhan untuk menyingkirkan beberapa proyek yang tidak perlu seperti kereta api berkecepatan tinggi.
"Kami harus menyingkirkan beberapa proyek yang tidak perlu, misalnya kereta berkecepatan tinggi, yang akan menghabiskan biaya RM 110 miliar dan tidak akan menghasilkan satu sen pun," katanya.
Dia mengatakan pihaknya memiliki perjanjian dengan Singapura sehingga harus berbicara dengan negara tersebut.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad di Yayasan Kepimpinan Perdana (YKP) Putrajaya, Sabtu (19/5).
Pertemuan kedua pemimpin berlangsung sekitar 30 menit dan Lee Hsien Loong terlihat meninggalkan Yayasan Kepimpinan Perdana kira-kira pukul 11.40 setelah pertemuan tersebut.
Belum diketahui secara detail isi pembicaraan kedua pemimpin namun Malaysia dan Singapura selama ini terlibat dalam pengerjaan proyek bersama di antaranya proyek kereta api yang menghubungkan kedua negara.
Kunjungan Lee tersebut merupakan kunjungan kedua pemimpin luar negeri setelah Senin (14/5) Sultan Brunei, Sultan Hassanal Bolkiah mengadakan pertemuan dengan Tun Dr Mahathir Mohamad.
Media Singapura Rabu (16/5) memberitakan Lee Hsien Loong mengumumkan dalam sidang Parlemen Singapura bahwa beliau akan melakukan lawatan ke Malaysia untuk bertemu Dr Mahathir.
Ketika meraih kekuasaan dalam Pemilihan Umum ke-14 pada (9/5) Pakatan Harapan mengumumkan bahwa mereka akan meninjau sejumlah megaproyek yang diprakarsai oleh pemerintahan sebelumnya untuk menyelamatkan miliaran ringgit uang negara.
Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018