"Hasilnya, pasangan Gus Ipul-Puti meraih 47,25 persen, sedangkan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak 42,25 persen," ujar peneliti asal PusPek Unair Putu Aditya kepada wartawan di Surabaya, Selasa.
Sedangkan, dari sisi popularitas keempat kandidat, baik calon gubernur dan calon wakil gubernur, yaitu Gus Ipul meraih 97,96 persen, Khofifah 90,1 persen, Emil Dardak 85,1 persen serta Puti Guntur Soekarno 84,5 persen.
Survei tersebut berdasarkan perilaku pemilih masyarakat Jatim yang dilaksanakan pada 12-19 Mei 2018 dengan jumlah responden 800 orang dan tersebar di seluruh wilayah dengan menggunakan metode "Multistage Random Sampling" dan tingkat kesalahan 2 persen serta tingkat kepercayaan 98 persen.
Dilihat dari aspek geografis, kata dia, pemilih Gus Ipul-Puti terkonsentrasi di kawasan Arek (Surabaya dan sekitarnya serta Malang Raya), Tapal Kuda (Pasuruan ke arah timur Jatim), dan Mataraman dalam (kawasan barat Jatim).
Kemudian pendukung pasangan Khofifah-Emil banyak berada di Mataraman pesisir (Tuban, Lamongan, Gresik) serta Madura.
"Keunggulan terbesar Gus Ipul-Puti ada di kawasan Tapal Kuda, sedangkan Khofifah-Emil ada di Madura dan Pendalungan," ucap akademisi asal Fisip Unair tersebut.
Dalam survei yang sama, Puspek juga memotret penerimaan masyarakat terhadap program atau janji kerja kedua pasangan calon, yang rinciannya program Khofifah-Emil dinilai realistis oleh 37,6 persen responden, tapi 33,1 persen menyatakan tidak realistis dan sisanya menyatakan tidak tahu.
Selanjutnya, pada pasangan Gus Ipul-Puti, sebanyak 46,4 persen responden menyatakan program keduanya realistis untuk dilaksanakan, tapi 30,4 persen responden menyatakan tidak realistis, dan sisanya menyatakan tidak tahu.
Baca juga: Khofifah-Gus Ipul perdebatkan program "Pak Kardiman"
Artinya, lanjut dia, penerimaan publik terhadap program Gus Ipul-Puti lebih bagus dibanding Khofifah-Emil, yang dinilainya berkaitan dengan skema dan istilah-istilah pada setiap program.
"Gus Ipul-Puti lebih simpel dan langsung menjawab masalah di lapangan dengan istilah yang mudah dipahami, seperti Dik Dilan, Pak Kardiman, Seribu Dewi dan lainnya. Kemudian, Khofifah-Emil yang mungkin secara retorika bagus, tapi justru tidak dipahami dengan baik oleh publik karena dinilai cenderung teoritis," katanya.
Sementara itu, pengamat sosiologi politik asal Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abdus Sair melihat berdasarkan hasil survei maka kekuatan Khofifah-Emil sangat wajar ada di wilayah Madura dan Pendalungan yang ditunjang faktor Soekarwo.
"Partai Demokrat memberi dukungan ke Khofifah, dan Pakde Karwo kuat di Madura, terbukti sejak Pilkada Jatim 2008 dan 2013 menang di sana. Nah, kekuatan itu masih ada dan kuat," katanya.
Pilkada Jatim digelar 27 Juni 2018 untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2019-2024 diikuti dua pasangan calon, yakni Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dengan nomor urut 1, dan Gus Ipul-Puti Guntur Soekarno nomor urut 2.
Pasangan nomor 1 merupakan calon dari koalisi Partai Demokrat, Golkar, PAN, PPP, Hanura dan NasDem, sedangkan pasangan nomor 2 adalah calon dari gabungan PKB, PDI Perjuangan, PKS serta Gerindra.
Baca juga: Golkar optimistis Khofifah-Emil rebut suara pemilih milenial
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018