Mungkin Anda lebih memilih mencari es krim atau menenggak teh dingin, tapi efek adem dari situ takkan bertahan lama.
Dikutip CNA, hipotalamus di otak membuat tubuh selalu menjaga agar temperatur tetap pada 36,5 derajat Celcius. Meski Anda berada di gurun Sahara atau Antartika, suhu dalam tubuh hanya naik atau turun dua hingga tiga derajat, kata Associate Professor Nigel Taylor dari Departemen Fisiologi Termologi University of Wollongong.
Ketika Anda makan es krim atau minuman dingin, hipotalamus tahu ada penurunan suhu internal. Karena hipotalamus berfungsi menjaga tubuh tetap dalam suhu 36,5 derajat Celsius, temperatur tubuh akan naik, membuat Anda merasa lebih hangat.
Hal yang sebaliknya terjadi ketika Anda menyantap makanan pedas. Reseptor di mulut mengartikan komponen kapsaicin dalam cabai sebagai aksi kimia yang menciptakan sensasi panas membara, kata Dr Reuben Wong, gastroentrologis dari RS Gleneagles.
Sensasi ini membuat hipotalamus menghadapi kenaikan suhu dengan meningkatkan sirkulasi darah dan membuat tubuh berkeringat.
Biasanya butir-butir keringat muncul di kening, wajah, kepala dan leher setelah Anda menyantap makanan pedas.
Berdasarkan studi, kapsaicin dalam cabai bisa melindungi tubuh dari stroke dan akumulasi kolesterol yang berujung pada penyakit kardiovaskular.
Tidak terbiasa menyantap makanan pedas? Anda bisa meningkatkan toleransi terhadap pedasnya kapsaicin. Menurut pakar, semakin sering memakan hidangan pedas, lidah juga akan semakin terbiasa.
Tapi bila pedasnya kapsaicin benar-benar membuat Anda tak kuat, coba kurangi dengan susu atau yoghurt, kata Dr Wong.
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018