• Beranda
  • Berita
  • BI deteksi tekanan inflasi Jakarta selama Ramadhan naik

BI deteksi tekanan inflasi Jakarta selama Ramadhan naik

5 Juni 2018 00:15 WIB
BI deteksi tekanan inflasi Jakarta selama Ramadhan naik
Pedagang sayur menunggu calon pembeli di Jakarta, Senin (21/5/2018). Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W Martowardojo mengatakan bahwa hasil survei, inflasi Mei 2018 lebih rendah dibandingkan perkiraan berdasarkan survei dua minggu sebelumnya yang mencapai 0,55 persen, namun lebih tinggi dari realisasi inflasi April 2018 sebesar 0,1 persen, sehingga BI mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan atau inflasi sebesar 0,22 persen secara bulanan pada Mei 2018. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta (ANTARA News) - Tekanan terhadap inflasi atau indeks harga konsumen di DKI Jakarta sepanjang Mei 2018 atau mayoritas momentum Ramadhan meningkat, bahkan melebihi laju inflasi nasional, karena meningkatnya harga makanan jadi dan perlengkapan rumah tangga.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho di Jakarta, Senin merinci inflasi DKI Jakarta sepanjang Mei 2018 mencapai 0,45 persen secara bulanan (month to month/mtm), atau setara dengan momentum satu bulan sebelum Lebaran selama tiga tahun terakhir. Namun, inflasi Mei 2018 di Ibu Kota, jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan inflasi bulanan nasional yang sebesar 0,21 persen (mtm).

Menurut data BI DKI Jakarta, inflasi kelompok inti menjadi biang keladi tingginya inflasi di DKI Jakarta pada Ramadhan tahun ini.

"Dari sisi disagregasi, naiknya harga sebagian besar kelompok inti menjadi faktor utama pendorong inflasi Mei 2018," ujar Trisno.

Penyebab inflasi inti naik adalah tekanan harga komoditas yang tergabung pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar.

"Harga-harga makanan jadi di Ibukota, yang di dalamnya termasuk harga mie, bubur dan makanan ringan, meningkat sebesar 0,85 persen secara bulanan (mtm)," ujarnya.

Adapun sumber tekanan inflasi inti juga datang dari kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Kemudian naiknya harga beberapa perlengkapan rumah tangga sebesar 2,76 persen secara bulanan dan juga harga baju muslim wanita yang naik 12,02 persen secara bulanan.

Inflasi Mei 2018 di DKI Jakarta juga dikontribusikan oleh naiknya beberapa komoditas pada kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices). Adanya beberapa hari libur pada Mei 2018, mendorong meningkatnya permintaan masyarakat untuk jasa transportasi, terutama angkutan udara, untuk keperluan berlibur ke luar kota. Hal ini tercermin dari tarif angkutan udara yang naik 3,44 persen secara bulanan.

Kenaikan harga juga terpantau pada beberapa komoditas "volatile food". Harga telur ayam naik sebesar 8,89 persen secara bulanan, kemudian, harga daging ayam ras juga naik 5,77 persen secara bulanan.

Bank Sentral memerkirakan tekanan inflasi akan kembali meningkat pada Juni 2018, mendekati Hari Raya Idul Fitri.

"Konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi akan mengalami puncaknya pada bulan tersebut, seiring dengan kian dekatnya perayaan Hari Raya Idul Fitri," kata Trisno.

Dengan perkembangan hingga Mei 2018, laju inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun tercatat sebesar 1,41 persen (year to date/ytd) atau 3,28 persen (year on year/yoy).

Baca juga: Inflasi Jakarta rendah karena turunnya harga makanan

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018