"Tidak mudah untuk mendapat pengakuan dari UNESCO dan apalagi untuk bisa mempertahankannya," ujar mantan Dubes/Dewatap RI di UNESCO Prof T. A. Fauzi Soelaiman kepada Antara di Bandung, Senin.
Menurut Prof Fauzi, Bupati Sukabumi menyatakan dibutuhkan waktu lebih dari 13 tahun sejak ide agar Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dapat dibentuk dan kemudian dapat diakui oleh badan khusus PBB yang didirikan pada 1945 ini, sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark (UGG) .
Dikatakannya, proses untuk Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dapat mengikuti UNESCO Global Geopark (UGG) menempuh perjalanan panjang, bahkan untuk sampai ke sana dibutuhkan waktu lima jam dari Bandung pada akhir tahun yang lalu.
Tidak heran pada bulan suci Ramadhan, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan atau yang akrab disapa Aher itu mengadakan acara khusus Syukuran atas Penetapan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu sebagai UGG di Gedung Sate, Minggu.
Dalam acara syukuran itu Gubernur Aher juga menyerahkan piagam penghargaan kepada sejumlah pihak yang terlibat termasuk Prof T. A. Fauzi Soelaiman, mantan Dubes/Dewatap RI untuk UNESCO ini sebagai bagian dari tim yang telah berperan aktif dalam proses pencapaian Geopark Ciletuh Palabuhanratu menjadi UNESCO Global Geopark (UGG).
Geopark Ciletuh-Palabuhanratu mendapat pengesahan sebagai bagian dari jaringan Global Geopark bersama 12 geopark lainnya dalam salah satu sidang komisi di Sidang Executive Board UNESCO ke 204 di Paris, Prancis tanggal 17 April yang lalu.
Setelah melalui proses penjurian sejak bulan Agustus tahun lalu, akhirnya Geopark Ciletuh - Palabuhanratu resmi ditetapkan sebagai Geopark Dunia UNESCO atau UNESCO Global Geopark (UGG).
Pengesahan disampaikan dalam Sidang Executive Board UNESCO ke 204, Komisi Programme and External Relations, (17/4) di Paris, Prancis artinya Geopark Ciletuh Palabuhanratu menjadi satu-satunya kawasan yang ?berada di Jawa Barat yang diakui dunia.
Selain Ciletuh, Unesco mengesahkan 12 geopark dari 11 negara sebagai UGG yang salah satunya Rinjani-Lombok, yang dari Indonesia pula, ujar Prof T. A. Fauzi Soelaiman.
Gubernur Aher mengakui Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkomitmen untuk mempertahankan Geopark Ciletuh sebagai geopark dunia setelah ditetapkan menjadi bagian dari UGG periode 17 April 2018 hingga 16 April 2022.
"Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama berbagai pihak akan terus berupaya mempertahankan status geopark dunia tersebut setelah periode pertama ini berakhir," ujarnya.
Acara Syukuran atas Penetapan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu sebagai UGG di Gedung Sate, Minggu ditandai dengan penyerahan sertifikat dari UNESCO yang ditandatangani oleh Dirjen UNESCO, oleh Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Prof. Arief Rachman, kepada Gubernur Jawa, Barat Ahmad Heryawan.
Oleh Gubernur Jawa Barat, sertifikat tersebut kemudian diberikan kepada Bupati Sukabumi untuk dapat disimpan disana.
Aher mengatakan penetapan Geopark Ciletuh Palabuhanratu menjadi UGG merupakan momentum untuk melestarikan alam dan budaya di ujung Jawa Barat tersebut dan pihaknya menyatakan kesiapannya bersama berbagai pihak terkait menjaga status geopark dunia tersebut.
Sejumlah program akan dilakukan untuk menjaga keanekaragaman geologi yang berusia sampai ratusan juta tahun di Ciletuh Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Prof Arief Rachman mengatakan berbagai pihak yang selama ini menjadikan Ciletuh Palabuhanratu menjadi geopark nasional dan dunia diharapkan mempertahankan status yang telah diraih.
Dikatakannya Geopark harus bisa menciptakan upaya memuliakan bumi, menyejahterakan masyarakat, dan mengagungkan Allah Pencipta Alam. Biasanya kalau ada alam yang indah, semua gerakan ke pariwisata, bagaimana semua orang datang ke sana.
"Tolong pertahankan apa-apa yang diunggulkan di sana, termasuk nilai kemanusiaan. Semua harus dijaga dan diatur, perlunya kerja sama pemerintah dengan masyarakat, akademisi, dan bantuan dunia bisnis, menjadi amanat untuk menjaga geopark. Jangan sampai rusak. Ini untuk periode 17 April 2018 sampai 2022. Jangan sampai 2022 sudah hancur, dicabut nanti," demikian Arief Rachman.
Universitas Padjadjaran sudah sejak lama terlibat dalam pembangunan Geopark Ciletuh -Palabuhanratu. Berbagai riset Unpad di Ciletuh menunjukkan produk akademik Unpad diakui dengan baik. Kontribusi Universitas Padjadjaran dalam mengembangkan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu menjadi Geopark Global versi UNESCO semakin kuat.
Hal ini menjadi nilai tambah dibanding rencana pengusulan geopark lainnya di Indonesia, dimana Unpad menjadi satu-satunya perguruan tinggi yang terlibat dalam pengusulan geopark di Indonesia. Kawasan geopark Ciletuh telah ditetapkan menjadi kawasan Geopark Nasional sejak 2015 dengan luas area 45.820 ha mencakup 15 desa dan 2 kecamatan.
Dalam perkembangannya, kawasan Geopark Ciletuh meluas hingga mencapai wilayah Cisolok dan Palabuhanratu dengan peningkatan luas area menjadi 126.100 ha dan mencakup 74 Desa di 8 Kecamatan.
Terkait potensi wilayah Geopark Ciletuh Palabuhanratu, Ketua Pusat Penelitian Geopark dan Kebencanaan Geologi Unpad, Prof. Mega Fatimah Rosana, PhD, menyebut kawasan ini terbilang istimewa jika dilihat dari sudut geologi,?biodiversity, dan budaya.
Pada aspek Geologi, Ciletuh merupakan satu-satunya wilayah yang memiliki singkapan batuan tertua di Jawa Barat, berupa batuan langka ofiolit, metamorfik, dan batuan melange.
Batuan ini merupakan produk hasil tumbukan antar lempeng benua Eurasia dengan Samudera Hindia (Indo-Australian) sekitar 60 juta tahun yang lalu.
Kawasan Ciletuh juga memiliki batuan lanskap berbentuk setengah lingkaran menyerupai tapal kuda terbuka. Batuan tebing ini membentang dengan diameter bentangan sekitar 15 kilometer.
Bentangan ini banyak disebut sebagai amphiteater (teater alam) terbuka dengan banyak air terjun yang jatuh di sela tebing.
Di segi keanekaragaman hayati, Ciletuh memiliki ragam kawasan konservasi alam, mulai dari?nature reserve, wildlife reserve, forest conservation, dan taman nasional, serta memiliki kawasan konservasi penyu hijau.
Kawasan ini juga memiliki berbagai budidaya tambak, perkebunan, pertanian, dan hutan produksi. Sedangkan dari segi budaya, lanjut Guru Besar yang telah melakukan penelitian di Ciletuh sejak 2006, Ciletuh menyimpan kearifan lokal masyarakat Sunda yang masih terjaga hingga kini.
Mulai dari tinggalan mitos dan folklor, hingga berbagai tinggalan situs Megalitikum, tinggalan kolonial, serta Kampung Budaya Kasepuhan yang masih memegang kuat tradisi Sunda.
Di geopark ini setidaknya terdapat 67 titik yang harus dilestarikan, mulai dari pantai, kampung adat, geyser, puncak bukit, tempat bersejarah seperti jembatan, hotel, makam, gua, komplek bebatuan, air terjun, pulau, hutan, dan kawasan konservasi.
Baca juga: Jabar berkomitmen pertahankan Ciletuh sebagai Geopark Dunia
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018