• Beranda
  • Berita
  • Indeks naik, industri manufaktur diyakini semakin ekspansif

Indeks naik, industri manufaktur diyakini semakin ekspansif

6 Juni 2018 18:34 WIB
Indeks naik, industri manufaktur diyakini semakin ekspansif
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan kuliah umum pada acara "Program Penumbuhan Wirausaha Baru Pondok Pesantren" di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (21/5/2018). Pada kesempatan tersebut Kemenperin memberikan bantuan fasilitas mesin dan peralatan industri kepada Ponpes UMS untuk mendorong program pengembangan unit industri dan industri baru di lingkungan pondok pesantren melalui program santripreneur. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Jakarta (ANTARA News) - Indeks manajer pembelian atau purchasing manager index (PMI) Indonesia pada Mei 2018 menyentuh level tertinggi dalam 23 bulan, yakni sebesar 51,7 atau naik dari bulan sebelumnya 51,6. 

PMI tersebut dirilis oleh Nikkei dan Markit setelah menyurvei sejumlah manajer pembelian di beberapa perusahaan pengolahan Indonesia, di mana PMI di atas 50 menandakan manufaktur tengah ekspansif.

“Kenaikan PMI ini sangat positif, membuktikan bahwa industri manufaktur kita sedang bergeliat. Untuk itu, kami terus dorong agar lebih produktif dan berdaya saing,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I tahun 2018, industri manufakur nasional skala besar dan sedang di dalam negeri mengalami peningkatan produksi sebesar 0,88 persen, lebih tinggi dibanding kuartal IV/2017 (quarter to quarter/q-to-q) atau tumbuh 5,01 persen dari kuartal I-2017 (year on year/y-on-y).

Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03 persen di kuartal I/2018, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,80 persen. 

Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen.

Kinerja gemilang diikuti industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,70 persen, kemudian industri logam dasar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan 6,33 persen.

Menperin menegaskan, selama ini pihaknya fokus menjalakan program hilirisasi industri yang konsisten memberikan efek berantai terhadap perekonomian nasional. 

Dampak positif itu antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.

“Kami juga aktif mendorong peningkatan nilai investasi dan ekspor terutama di sektor manufaktur,” ujarnya. 

Upaya ini diyakini mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional serta dapat menciptakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Kementerian Perindustrian mencatat, total investasi industri manufaktur (PMA dan PMDN) pada kuartal I/2018 mencapai Rp62,7 triliun. Sektor pengolahan ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi seluruh nilai investasi di Indonesia. 

“Rata-rata kontribusi investasi di sektor industri selama periode tahun 2011-2017 mencapai 45,8 persen,” ungkap Airlangga.

Sementara itu, pada kuartal I/2018, industri manufaktur mencatatkan nilai ekspor sebesar 32 miliar dolar AS atau naik 4,5 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu di angka 30,6 miliar dolar AS.

Bahkan, industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak berdasarkan sektor usaha utama pada periode Januari-April 2018.

Sumbangan sektor manufaktur ini mencapai Rp103,07 triliun dengan mencatatkan pertumbuhan double digit sebesar 11,3 persen. 

“Jadi, pelaku industri kita telah menunjukkan kepatuhannya sebagai wajib pajak,” tuturnya.

 


 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018