• Beranda
  • Berita
  • Wanadri nilai pendidikan karakter mampu tangkal radikalisme

Wanadri nilai pendidikan karakter mampu tangkal radikalisme

8 Juni 2018 17:38 WIB
Wanadri nilai pendidikan karakter mampu tangkal radikalisme
Asip: Siswa dan guru SMA Negeri 6 Surakarta berbelanja di Kantin Kejujuran di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Rabu (2/5/2018). Kantin Kejujuran di sekolah tempat Presiden Joko Widodo menuntaskan pendidikan SMA-nya tersebut guna membangun karakter siswa yang jujur dan mandiri. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)
Jakarta (ANTARA News) - Pendidikan karakter bangsa (National and Character Building) dalam dunia pendidikan bagi pemuda-pemudi Indonesia dinilai layak digalakkan kembali agar mampu menangkal radikalisme yang diketahui telah menyusup hingga level kampus dan civitas akademika lainnya.

"Saya pikir program pendidikan karakter bangsa (National and Character Building) dengan penekanan nilai-nilai Pancasila harus kembali digalakkan. Dan dulu kita mengenal konsep pendidikan kepanduan yang menitikberatkan pada pendidikan karakter menggunakan media alam, demi meningkatkan semangat dan jiwa nasionalisme anak muda. Jadi tidak ada salahnya kita mulai galakkan kembali," ujar Ketua Umum Wanadri, Andi Angga Kusuma dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat.

Wanadri adalah perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung yang berdiri sejak 16 Mei 1964 di Bandung dan sebagai organisasi pecinta alam tertua di Indonesia, organisasi ini telah melakukan berbagai kegiatan pendakian serta penjelajahan gunung, hutan, sungai, lautan dan angkasa, baik di dalam maupun di luar negeri demi Bangsa dan Tanah Air Indonesia.

Wanadri juga aktif dalam berbagai kegiatan SAR dan sosial untuk pertolongan korban kecelakaan atau bencana alam di daerah-daerah yang sulit dicapai seperti pencarian pesawat hilang, tsunami, gempa bumi, longsor, banjir dan lain sebagainya.

Andi menerangkan, gerakan kepanduan sendiri pernah memperoleh perhatian khusus pemerintah pada periode awal kemerdekaan Indonesia lantaran dinilai efektif menumbuhkan jiwa nasionalisme di kalangan anak muda. Selain itu, gerakan kepanduan juga terbukti mampu membangun karakter pada diri pemuda-pemudi Indonesia.

Namun, katanya, lantaran dalam perkembangannya program kepanduan banyak diadopsi oleh sejumlah kelompok dan golongan demi melanggengkan kepentingannya, melalui Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana pun Presiden Indonesia pertama Soekarno membubarkan gerakan kepanduan.

Pada pascapembubaran gerakan kepanduan itu, lahirlah gerakan Pramuka dan Wanadri yang menginisiasi organisasi-organisasi kepemudaan dan penggiat alam hingga saat ini.

"Tapi di sini kita harus pintar-pintar meramu kurikulumnya dan jangan sampai pendidikan karakter untuk menjadi seorang nasionalis dan Pancasilais malah membentuk ultranasionalisme di kalangan anak muda. Kenapa? Ini karena Indonesia adalah negara non-blok yang juga menghargai paham-paham negara lain dan Indonesia hidup dalam kancah masyarakat dunia," katanya.

Berangkat dari hal tersebut, Angga pun meminta pemerintah kembali menggalakkan program-program pendidikan karakter bangsa demi mengentaskan ancaman radikalisme dan menyempurnakan program bela negara yang sedang berjalan.

"Apalagi Presiden Jokowi dan beberapa pejabat kita sendiri pernah aktif di organisasi pecinta alam kampus. Jadi saya pikir mereka paham betul mengenai arti pentingnya pendidikan seperti kepanduan dengan menggunakan media alam," katanya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merilis setidaknya terdapat enam Perguruan Tinggi Negeri yang telah disusupi radikalisme.

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018