"Bajaj ini memang rutin melintas secara bergerombol setiap musim mudik. Bahkan sejak kemarin malam hingga malam ini mereka nampak melintasi Kota Bekasi," kata Pelaksana Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bekasi Aryo W di Bekasi.
Menurut dia, bajaj tersebut melakukan perjalanan mudik secara bergerombol dengan sejumlah muatan barang-barang rumah tangga seperti kasur, televisi, dispenser dan lainnya.
Biasanya, kata dia, pemudik bajaj itu berangkat pada sore hari hingga tengah malam melintasi koridor Jalan KH Noer Alie Kalimalang-M Hasibuan-Chairil Anwar dan Ir H Djuanda Bekasi Timur.
Kontributor Antara berhasil menemui salah satu pemudik bajaj di Jalan M Hasibuan, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Sabtu malam yang membawa serta keluarganya mudik dari Jakarta Timur menuju Solo.
"Lebih irit dan nyaman pakai bajaj, paling habis uang bahan bakar sampai ke Solo Rp180.000 untuk perginya saja," kata pengendara bajaj, Munawar (42) di Bekasi, Sabtu malam.
Biasanya, bajaj melakukan empat hingga lima kali pengisian bahan bakar untuk sampai di Solo dengan waktu tempuh satu hari penuh.
"Paling saya istirahat sekenanya saja, kalau capek ya cari tempat, biasanya di warung kaki lima atau SPBU," katanya.
Dikatakan Munawar, pergi mudik naik bajaj lebih mengirit biaya bila dibandingkan naik bus umum yang tarifnya saat ini berkisar Rp400.000 per penumpang.
"Kebetulan bajaj ini milik bos, saya dipinjami dulu untuk mudik," katanya.
Mengendarai bajaj juga dirasakan Munawar dan keluarga lebih aman dari sepeda motor karena alur berkendaranya mengikuti antrean mobil atau bus.
"Yang bahaya kalau naik motor itu kan kalau nyalip di lokasi terlarang dan bawaannya pengen cepat-cepat sampai kampung," katanya.
Munawar mengaku berangkat seorang diri dari Jakarta karena rekan seprofesinya baru akan melakukan perjalanan mudik pada Senin (11/6) malam.
"Kalau teman-teman saya jumlahnya bisa enam sampai sembilan bajaj dari Jakarta. Mereka berangkat barengan. Ada yang ke Cirebon, Brebes dan lainnya," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018