Ketua Tim Sistem Pembayaran, Pengedaran Uang Rupiah, Layanan Administrasi Kantor Perwakilan BI Malang Rini Mustikaningsih, Minggu, mengakui adanya peningkatan temuan uang palsu tersebut, bahkan peningkatannya lebih dari 100 persen.
"Temuan uang palsu tersebut terdiri atas berbagai pecahan, mulai dari pecahan Rp100 ribu, Rp50 ribu, Rp20 ribu, dan Rp10 ribu. Namun, dari laporan perbankan yang paling banyak adalah pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu," katanya di Malang, Jawa Timur.
Menurut Rini, temuan uang palsu tersebut lebih banyak dari laporan perbankan, meski tetap ada laporan dari masyarakat. "Harapan kami masyarakat juga aktif melaporkan ke BI jika menemukan uang palsu sehingga peredarannya bisa diminimalisasi dan diredam," ucapnya.
BI Malang, lanjutnya, akan terus menggiatkan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarkat, apalagi dalam sebulan terakhir ini banyak sekali temuan uang palsu serta menjelang Hari Raya Idul Fitri, di mana banyak masyarakat yang membutuhkan uang pecahan baru.
Berdasarkan data, selama tahun 2017, BI Malang menemukan 5.385 lembar uang palsu berbagai pecahan. Jumlah tersebut berasal dari laporan bank sebanyak 5.307 lembar dan laporan masyarakat 78 lembar. Hasil temuan uang palsu didominasi pecahan besar Rp100 ribu dan Rp50 ribu.
Ia menjelaskan temuan uang palsu tersebut didominasi pecahan besar Rp100 ribu atau 62 persen dari total temuan dan pecahan Rp50 ribu sebesar 35 persen dari total temuan. "Sisanya adalah pecahan kecil Rp20 ribu dan Rp10 ribu," katanya.
Sementara itu, temuan uang palsu pada tahun 2017 berkurang dibanding tahun 2016 yang mencapai 6.320 lembar. "Kami akan terus berupaya untuk mengurangi temuan uang palsu di masyarakat, namun masyarakat juga harus hati-hati dan lebih teliti, khususnya pada momen Lebaran," tuturnya.
Baca juga: BI klaim peredaran uang palsu turun
Baca juga: BI: Waspada peredaran uang palsu menjelang Ramadhan
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018