Berburu pahala puasa di atas KM Kelud

11 Juni 2018 01:08 WIB
Berburu pahala puasa di atas KM Kelud
Personel dari KM Kelud membantu pemudik menaiki kapal saat Mudik Bareng BUMN 2018 di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (9/6/2018). PT Pelni (Persero) memberangkatkan sebanyak 1500 penumpang peserta Mudik Bareng BUMN 2018 menuju Belawan, Sumatra Utara menggunakan KM Kelud. (ANTARA FOTO/M N Kanwa)
Kapal Motor (KM) Kelud menjadi salah satu angkutan pelayaran yang dioperasionalkan PT Pelni (Persero) untuk mengangkut pemudik pada musim mudik Lebaran 2018 atau Idul Fitri 1439 Hijriyah.

Kapal yang melayari Batam - Belawan itu mengangkut 3.000-an penumpang yang mudik ke Sumatera Utara dan Aceh. Setengah diantaranya adalah penumpang mudik gratis yang diberangkatkan dalam Program Mudik Bareng Guyub Rukun BUMN 2018.

Sebanyak 1.670 pemudik gratis diberangkatkan dengan KM Kelud dengan rincian 500 pemudik PT Jasa Raharja (Persero), 1.000 pemudik PT Pelindo, 100 pemudik Askrindo dan 70 pemudik Jamkrindo.

Dalam suasana puasa dan menjelang lebaran, aktivitas kapal terutama di musholla yang terletak di bagian belakang dek tujuh tidak pernah sepi.

Sejak penumpang naik dari Pelabuhan Batu Ampar di Batam Provinsi Kepulauan Riau pada pukul 12.00 WIB, waktu sudah mendekati shalat dhuhur.

Suara adzan pun berkumandang dari pengeras suara menandakan waktunya shalat. Sejumlah penumpang yang sudah menempatkan barangnya di dek masing-masing mulai berdatangan ke mushalla.

Shalat dhuhur berjamaah dilakukan dengan mengqasarkan menjadi dua rakaat dilanjutkan shalat ashar juga dua rakaat.

Sebagai musafir yang melakukan perjalanan jauh, agama Islam memberikan keleluasaan dalam beribadah seperti menggabungkan waktu shalat dalam satu waktu dan memangkas jumlah rakaat.

Begitu juga dengan shalat magrib dan isya digabungkan pada waktu magrib. Karena bersamaan dengan waktu berbuka puasa, mushalla yang awalnya nyaman dan sejuk menjadi panas karena padatnya jamaah.

Bagi yang ingin shalat tarawih dapat dilaksanakan pada pukul 20.00 WIB atau berdasarkan arahan dari anjungan.

Jika hari biasa mushalla akan ditutup dan dibuka saat waktu sholat, di bulan Ramadhan mushalla dibuka hingga subuh bagi yang ingin melaksanakan i`tikaf.

Namun penumpang tidak diperkenankan untuk tidur-tiduran di mushalla. Aturan tersebut diumumkan melalui selembar kertas yang ditempel di dinding mushalla.

Fokus ibadah

Diana duduk bersandar di dinding mushalla, di pangkuannya terbuka Al Quran, suaranya lirih membaca ayat-ayat suci tersebut.

Ia sudah terduduk usai melaksanakan shalat ashar, mukena putih bermotif bunga warna ungu masih dikenakannya.

"Sambil mengisi waktu sebelum berbuka. Kalau di kapal bisa lebih fokus beribadah karena kita tidak masak maupun kegiatan lainnya," kata Diana yang akan mudik ke Lhokseumawe, Aceh.

Perempuan setengah baya yang sehari-hari sebagai guru mengaji di Batam itu berupaya mengejar ketertinggalannya untuk mengkhatamkan Al Quran di bulan suci Ramadhan.

Bukan hanya Diana, masih banyak penumpang kapal yang sudah beroperasi sejak 1988 itu yang mengisi waktunya selama di kapal dengan membaca Al Quran.

Di bagian shaf laki-laki yang dibatasi dengan kain pembatas berwarna hijau juga banyak yang duduk sambil membaca ayat suci, di tangan mereka ada yang memegang Al Quran ada juga yang membaca melalui aplikasi di telepon pintar.

Meski sudah tercantum pengumuman dilarang tidur di mushalla, tapi ada juga penumpang yang memanfaatkan ruangan yang lega dan udara sejuk dari pangatur suhu sentral, melepaskan penat dengan berbaring di karpet hijau mushalla.

Mereka lebih memilih beristirahat di mushalla selain untuk beribadah juga karena lebih nyaman dibandingkan di dalam dek yang dipenuhi pemudik.

Usai shalat subuh berjamaah, ceramah pagi terdengar dari pengeras suara, mushalla juga tidak sepi dari suara lantunan Al Quran.

Perjalanan dari Batam ke Belawan, Medan dengan KM Kelud memakan waktu sekitar 22 jam, sehingga penumpang yang naik pada siang hari merasakan setengah hari berpuasa di lautan hingga berbuka dan juga sahur di kapal.

Layanan

Kru kapal menyediakan makanan berbuka puasa yang dibagikan dalam bentuk nasi kotak kepada penumpang kelas ekonomi.

Menu berbuka hari itu berupa nasi putih dengan lauk gulai ayam dan tumis kubis. Para penumpang juga mendapatkan sebotol air mineral dan satu botol jus kemasan.

Sekitar satu jam sebelum berbuka puasa, antrian untuk mendapatkan makanan sudah mengular. Penumpang hanya cukup menunjukkan tiketnya kepada petugas untuk mendapatkan makanan tersebut.

Bagi yang tidak ingin mengantre lama bisa juga membeli makanan di kantin, tapi tidak perlu repot karena ada yang menawarkan menu kepada penumpang. Menu yang disediakan berupa nasi ikan, nasi ayam, hingga bakso dengan harga Rp25.000.

Bagi yang ingin makanan kecil atau mie instan juga bisa membeli di mini market yang ada di bagian atas dek tujuh, tentunya dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan toko ritel yang sama di darat.

Untuk pecandu kopi atau sekedar menikmati teh hangat juga tidak perlu khawatir karena banyak yang berkeliling menjajakan minuman tersebut.

Tapi bagi yang ingin lebih hemat, biasanya membawa bekal dan camilan sendiri terutama penumpang yang membawa anak-anak. Penumpang juga bisa mengisi botol minum mereka dengan air dingin maupun panas dari keran air minum yang disediakan di dek empat.

Layanan kapal milik PT Pelni itu semakin lama terus membaik, selain makanan, ruangan juga semakin bagus dan bersih.

"Sudah lama saya tidak naik kapal Pelni. Dulu ruangannya tidak seperti ini, dulu ruangan kotor sekarang lebih bersih," kata Diah salah seorang pemudik gratis Program Mudik Bareng BUMN.

Membaiknya layanan angkutan mudik menunjukkan komitmen pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat agar mudik aman dan nyaman dengan harapan pemudik sampai ke kampung halamannya bertemu keluarga dengan gembira.

(T.D016/S025)

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018