• Beranda
  • Berita
  • Komunitas mangrove studi banding di Teluk Tomini

Komunitas mangrove studi banding di Teluk Tomini

11 Juni 2018 02:45 WIB
Komunitas mangrove studi banding di Teluk Tomini
Arsip: Sejumlah anak-anak bermain di kawasan hutan Mangrove di Desa Tadui, Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa (2/1/2018). (ANTARA FOTO/Akbar Tado)
Parigi (ANTARA News) - Komunitas pegiat konservasi mangrove Kota Palu atau komunitas mangrovers, pada Minggu, melaksanakan studi banding tentang pengelolaan konservasi mangrove di Teluk Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.

Komunitas itu belajar langsung dengan Relawan Mangrove Teluk Tomini (ReMoTT) di tempat rehabilitasi mangrove Desa Mertasari, Kecamatan Parigi.

"Kawasan ini sudah dikelola sejak 11 tahun lalu," kata Ketua ReMoTT Hamzah Tjakunu kepada sejumlah relawan Mangrovers.

Di tempat tersebut, para relawan belajar budidaya tanaman mangrove mulai dari jenis substrat yang cocok sesuai jenis mangrove, proses pembibitan, penanaman hingga implementasi rekayasa teknologi.

Hamzah menjelaskan untuk memastikan kelangsungan hidup mangrove, hal pertama dilakukan adalah kajian, di antaranya mengetahui substrat lokasi, delta, mata pencaharian penduduk setempat hingga kajian lingkungan lainnya.

"Substrat di daerah Parigi merupakan substrat yang sangat pas untuk ditumbuhi mangrove, lebih dari 24 jenis dari 36 jenis mangrove di Indonesia bisa kita temukan di kawasan Parigi. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa substrat di Teluk Palu juga cocok untuk tanaman mangrove. Maka dari itu, perlu implementasi dari rekayasa teknologi untuk penanaman mangrove di kawasan Teluk Palu yang dikenal memiliki ombak dan angin yang kencang," kata Hamzah menjelaskan secara rinci.

Pria yang disapa Ka Aceng itu, ikut pula membagikan pengalamannya terkait konservasi mangrove selama kurang lebih 21 tahun. Dia juga menyatakan kesediannya untuk menghadiri perayaan Hari Konservasi Mangrove Internasional di Kota Palu pada 28-29 Juli 2018 mendatang, yang diselenggarakan oleh komunitas Mangrovers.

Hamzah berharap konservasi mangrove bukan hanya diminati oleh para pemuda pencinta alam atau bidang ilmu terkait, tetapi seluruh elemen masyarakat juga memiliki andil besar demi terciptanya pesisir yang lestari, dengan kekayaan flora dan faunanya melalui hutan mangrove.

Sementara itu, salah seorang relawan Mangrovers Reny Septiani mengatakan sebagai komunitas kolaborasi lintas ilmu, Mangrovers masih minim studi literatur atau bidang keilmuan terkait pelestarian mangrove khususnya tanaman bakau.

Komunitas tersebut dibentuk saat perayaan Hari Bumi Internasional pada 22 April 2018 lalu, masih tetap konsisten dalam melestarikan mangrove. Komunitas ini masih setia mengontrol 300 bibit mangrove di kawasan Jembatan Palu IV atau Jembatan Ponulele di Jalan Rajamoili, Kota Palu.

Pewarta: Fauzi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018