Kemacetan di pintu masuk TPU seluas 16,2 hektare itu sudah terjadi sejak pukul 09.00 WIB dan diperkirakan peziarah yang datang akan semakin banyak hingga Sabtu sore.
"Hari ini perkiraan sudah melebihi 10 ribu pengunjung, dan puncak waktunya biasanya siang ini jam 12.00 WIB. Akibat padat, mobil tidak bisa parkir di dalam, tapi di luar, hanya motor yang di dalam," kata Dairi, Petugas Keamanan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang ditugaskan berjaga di TPU tersebut sejak hari pertama Lebaran.
Dairi, yang pada Lebaran tahun lalu juga berjaga di beberapa TPU di Jakarta, mengatakan padatnya jumlah peziarah akan terus terjadi hingga tiga hari setelah Lebaran atau, Minggu (17/6).
Berdasarkan pantauan di lapangan, banyaknya mobil yang parkir di bahu Jalan Penjernihan menyebabkan kemacetan di persimpangan Penjernihan dan Jalan K.H Mas Mansyur, Jakarta. Dairi mengakui tak bisa berbuat banyak, karena memang jumlah peziarah yang datang sangat membeludak.
"Jumlah makam di sini saja puluhan ribu makam, maka itu peziarah yang datang pun sangat banyak. Kami hanya berjaga di dalam. Urusan yang di luar TPU, bukan tanggung jawab kami," ujarnya.
Dengan banyaknya peziarah, Dairi menyebutkan jumlah petugas keamanan yang berjaga pun ditambah menjadi tujuh orang setiap hari di dua pos pintu masuk pada musim Lebaran. Dua pintu masuk itu adalah pintu masuk Jalan Penjernihan dan pintu masuk Jalan KH. Mas Mansyur.
Peningkatan postur keamanan itu juga untuk mengantisipasi tindakan kejahatan seperti aksi premanisme di sekitar TPU yang memiliki lahan terluas kedua di Ibu Kota.
"Namun sejak hari pertama Lebaran kemarin, tidak ada laporan soal gangguan keamanan," kata Dairi.
Sayangnya, meski jumlah peziarah meningkat dibanding hari-hari biasa, pedagang yang bisa menjajakan dagangnya mengaku tidak mendapat kenaikan keuntungan yang signfikan.
"Hari lebaran pertama kemarin kira-kira untungnya Rp300 ribu, tidak naik banyak dibanding hari-hari biasa yang untungnya Rp100 ribu," kata Edison penjual kembang yang sudah mengadu nasib di sekitar TPU sejak 2012.
"Memang jumlahnya meningkat, yang datang juga orang-orang kaya kalau di Karet Bivak, mobilnya mewah-mewah, tapi mereka juga nawar harganya sadis. Ya saya untungnya segitu segitu aja," ujar Edison.
Edison mengaku heran dengan peziarah yang datang dengan mobil mewah namun tetap menawar harga kembang. Padahal harga kembang, kata Edison, tidak dinaikan dibanding hari-hari biasa. Satu paket kembang hanya dijual Rp5.000.
"Tapi tetap saja ditawar oleh peziarah,Rp10 ribu jadi tiga kresek (paket), ya gimana. Padahal kami belinya dari pemasok dengan harga yang sudah naik," katanya.
Baca juga: Warga Bogor ziarah kubur di hari kedua Lebaran
Baca juga: Tradisi ziarah membawa berkah
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018