Melalui kerjasama itu, kedua perusahaan otomotif akan memiliki akses untuk saling berbagi komponen dan menggunakan teknologi dari masing-masing perusahaan, termasuk teknologi baru yang dikembangkan Audi yaitu sel bahan bakar hidrogen dari Volkswagen Group.
Hyundai berharap langkah ini akan menciptakan permintaan yang lebih besar untuk kendaraan mereka, seperti model ix35, dan menurunkan biaya pembuatan teknologi.
"Kami ingin memberikan kepada pemasok komponen kami lebih banyak peluang dan kami ingin membuka persaingan antara pemasok komponen," kata kepala Riset dan Pengembangan Fuel Cell Hyundai, Sae Hoon Kim, kepada Reuters di London.
Baca juga: Toyota genjot penjualan mobil berbahan bakar hidrogen mulai 2020
"Kami juga ingin membuat mereka memiliki persaingan dengan pemasok lain, dan kompetisi itu akan menurunkan biaya," katanya.
Pabrikan mobil lainnya, seperti Toyota, telah memuji kegunaan kendaraan hidrogen yang lebih hemat waktu dalam mengisi daya listrik ketimbang mobil listrik sepenuhnya.
Banyak pembuat mobil fokus pada kendaraan listrik berbaterai, yang memerlukan waktu antara setengah jam sampai setengah hari untuk isi ulang daya.
Sejumlah perusahaan otomotif pun bekerja sama dalam pengembangan teknologi mobil ramah lingkungan ini. GM dan Honda bermitra untuk mengembangkan kendaraan listrik hidrogen yang diharapkan bisa dijual pada 2020. BMW juga bekerja sama dengan Toyota.
Baca juga: Hyundai memulai jual mobil hidrogen Nexo di Korea
Baca juga: 11 perusahaan Jepang keroyokan percepat SPBU hidrogen
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018