"Saya telah menjelaskan secara detail kepada para pimpinan perguruan tinggi (PT) tentang dinamika radikalisme di lingkungan kampus walaupun tebal tipisnya antara kampus yang satu dengan lain berbeda-beda," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius dikutip dari siaran pers.
Pada Rapat Koordinasi Penangkalan Paham Radikalisme di Perguruan Tinggi yang digelar Kemenristek Dikti di Jakarta, Senin, Kepala BNPT memberikan langkah-langkah yang perlu dilakukan rektor dalam deteksi dini radikalisme itu.
"Termasuk modusnya seperti apa, serta bagaimana penyebaraan, dan cara mengatasinya," kata mantan Kabareskrim Polri itu.
Menurut dia penguatan sinergi di lingkungan kampus mutlak harus dilakukan, apalagi sudah banyak bukti banyak komunitas kampus yang terpapar radikalisme, baik mahasiswa, dosen, bahkan guru besar.
Baca juga: Seluruh rektor perguruan tinggi akan dikumpulkan bahas radikalisme di kampus
Ia berharap dengan adanya pertemuan yang diinisiasi oleh Kemenristek Dikti ini bisa mendapatkan suatu pemahaman yang sama serta keseragaman dengan pola tindak lanjut dalam menghadapi masalah radikalisme di lingkungan kampus.
"Di sini ada beberapa perwakilan perguruan tinggi. Kami juga bisa mendengarkan bagaimana mereka mengimplementasikan, lalu bagamana langkah-langkah dalam menghadapi gejala semacam itu," katanya.
Pada kesempatan itu Suhardi juga menjelaskan bahwa radikalisme yang dimaksud adalah yang bersifat negatif yang menganut paham intoleransi, takfiri, anti pada NKRI dan Pancasila.
"Itulah yang harus kita sikapi sekarang ini," ujar Suhardi dalam rapat koordinasi yang dibuka Menristek Dikti M Nasir dan dihadiri ratusan rektor dari perguruan tinggi negeri dan swasta seluruh Indonesia.
Pada kesempatan itu, Kepala BNPT didampingi Deputi I BNPT bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir dan beberapa pejabat eselon II lainnya.
Baca juga: Kemristekdikti kumpulkan rektor bahas radikalisme
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018