Sejak revolusi Islam Iran pada 1979, perempuan dilarang menghadiri pertandingan sepak bola laki-laki, sebagian didasarkan atas gagasan bahwa mereka harus dilindungi dari mendengar laki-laki penggemar berkata kasar dan memaki.
"Orang dan keluarga, yang telah membeli tiket, dapat hadir di stadion untuk menonton pertandingan Piala Dunia secara langsung," kata ISNA mengutip pernyataan, yang diterbitkan kantor gubernur Teheran.
Presiden pragmatis Iran Hassan Rouhani berulang kali mengritik larangan itu, tetapi gagal menghapusnya karena perlawanan dari kelompok garis keras, yang kuat, di lembaga ulama dan keamanan.
Itu adalah yang kedua kali dalam hampir 40 tahun wanita Iran dapat menonton sepak bola di stadion Azadi Teheran, yang terbesar di Iran dengan 120.000 kursi.
Pintu stadion dibuka pertama kalinya sejak 1979 untuk para penggemar wanita pada 20 Juni yang menonton pertandingan Piala Dunia Iran melawan Spanyol, ketika ratusan wanita hadir.
Namun, jaksa garis keras Iran Mohammad Jafar Montazeri pada Minggu mengkritik langkah itu, menurut laporan media Iran tersebut, mengatakan dia merasa "malu" tentang apa yang terjadi di stadion.
"Beberapa wanita menanggalkan jilbab mereka dan mulai bernyanyi dan menari ... ini tidak menghormati para martir kami dan pengkhianatan terhadap revolusi," katanya. "Mereka salah jika mereka berpikir bahwa mereka dapat menerapkan kebijakan setan mereka."
Video dan gambar yang diunggah di media sosial menunjukkan penggemar wanita bernyanyi dan melambai-lambaikan bendera Iran di stadion.
"Saya sangat senang berada di sini. Ini seperti mimpi yang menjadi nyata," kata mahasiswa Mona Hosseini, 17, yang pergi ke stadion bersama keluarganya.
Meskipun berbagai kampanye diluncurkan wanita dalam beberapa tahun terakhir, puluhan penggemar wanita telah ditangkap di Iran karena mencoba memasuki stadion untuk menonton pertandingan pria.
Pejabat setempat tidak mengatakan apakah larangan itu akan dicabut secara permanen.
"Saya suka sepakbola. Saya suka menontonnya di stadion. Saya berharap pejabat kami mencabut larangan itu selamanya," kata Nazanin Sepehrian, 23, melalui telepon.
"Saya menyaksikan pertandingan Piala Dunia sebelumnya melawan Spanyol di stadion Azadi juga. Itu sangat menyenangkan," katanya.
Baca juga: Iran tahan imbang Portugal, tapi tersingkir
(KR-DVI/B002)
Pewarta: -
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018