Berdasarkan penelusuran data pengumuman OIE berbasis korespondensi dengan Kementerian Pertanian China, kasus tersebut merupakan kasus flu burung H5N1 pertama yang dilaporkan di peternakan unggas China sejak 2014.
Namun virus serupa dilaporkan telah muncul juga di Nepal dan Bhutan tahun ini, kedua negara yang berbatasan dengan China di barat laut.
Virus itu membunuh 1.050 ekor ayam pedaging dari kawanan 1.615 ayam di sebuah peternakan prefektur otonomi Haixi Mongol dan Tibet. Unggas yang tersisa dibunuh dan dibuang, kata kementerian itu.
Beberapa jenis virus H5N1 yang sering mematikan dapat ditularkan ke manusia. Kasus ini merupakan kasus flu burung keenam yang dilaporkan China tahun ini, dibandingkan dengan hanya empat kasus yang dilaporkan ke OIE pada 2017, menurut laman resminya.
Baca juga: Unggas di Minahasa Tenggara yang mati mendadak menjadi 788 ekor
Baca juga: China laporkan penderita pertama manusia akibat flu burung H7N4
Baca juga: Belanda musnahkan lebih dari 36.000 unggas di tengah wabah flu burung
Baca juga: Ratusan ayam mati di Rejang Lebong terindikasi terserang flu burung
Sebagian besar kasus flu burung yang dilaporkan di China tahun ini meliputi wabah H7N9 yang sangat berpotensi menular, virus yang yang telah menewaskan ratusan orang di China tahun lalu, menurunkan permintaan konsumen serta menggoyahkan industri telur dan ayam pedaging di sana.
Virus tersebut tidak memiliki dampak besar pada unggas tahun lalu, tetapi telah bermutasi menjadi bentuk yang lebih mematikan.
Keempat kasus H7N9 yang dilaporkan tahun ini berada di peternakan telur dengan kasus terbaru yang menewaskan lebih dari 9.000 ayam di Provinsi Liaoning di China timur laut.
Hal itu tetap terjadi meskipun program vaksinasi nasional melawan virus dimulai musim gugur lalu.
China juga melaporkan kasus jenis H5N6 di sebuah peternakan bebek pada Maret.
Pewarta: ANTARA
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018