• Beranda
  • Berita
  • LSI ungkap kemenangan Herman-Mawardi di Pilkada Sumsel

LSI ungkap kemenangan Herman-Mawardi di Pilkada Sumsel

27 Juni 2018 20:13 WIB
LSI ungkap kemenangan Herman-Mawardi di Pilkada Sumsel
Empat Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Selatan yakni nomor urut satu Herman Deru-Mawardi Yahya (kiri atas), nomor urut dua Saifudin Aswari Rivai-M Irwansyah (kanan atas), nomor urut tiga Ishak Mekki-Yudha Pratomo (kiri bawah), dan nomor urut empat Dodi Reza Alex Noerdin-Giri Ramandha Kiemas (kanan bawah) menyampaikan visi dan misi saat Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/32018). Debat calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan pertama tersebut mengangkat sejumlah isu seperti reformasi birokrasi, penuntasan persoalan politik, ekonomi serta infrastruktur. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Justru masyarakat kurang merespon positif karena selalu dikaitkan dengan dinasti politik."

Palembang (ANTARA News) - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan Herman Deru-Mawardi Yahya menang dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Selatan (Pilkada Sumsel) dengan persentase 35,91 persen atau mengalahkan pesaing terdekatnya Dodi Reza Alex-Giri Ramanda yang mengantongi suara 31,76 persen.

Peneliti LSI Miftah Khairi Amrillah dalam konferensi pers di Palembang, Rabu, mengatakan bahwa faktor pertama yang sangat mencolok adalah pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya mampu memobilisasi suara di daerah pemilihannya sendiri, yakni Herman Deru mendapatkan 79,65 persen di Ogan Komering Ulu Timur sebagai kabupaten yang sempat dipimpinnya selama dua periode.

Sedangkan, Dodi Reza Alex hanya mampu mengumpulkan 62,33 persen suara di Daerah Pemilihan (Dapil) 9 Musi Banyuasin, yang menjadi tempatnya menjabat bupati.

Baca juga: Pasangan Herman-Mawardi unggul sementara di hitung cepat

Kemudian, menurut dia, faktor kedua terkait pasangan Herman Deru mampu mengklarifikasi isu-isu yang dimunculkan kembali terkait ijazah palsu dan perbuatan asusila.

"Masyarakat justru menilai ini isu lama, sehingga kurang tertarik karena sudah dimunculkan di pilkada sebelumnya," kata peneliti lulusan Universitas Indonesia (UI) itu, terkait posisi Herman Deru yang juga calon gubernur pada Pilkada Sumsel 2013.

Faktor ketiga, Miftah menyebutkan, ternyata masyarakat memisahkan penilaian antara sosok Alex Noerdin, Gubernur Sumsel dua periode hingga kini, sebagai ayah kandung Dodi dengan sosok pribadi Dodi Reza Alex. Oleh karena, masyarakat Sumsel secara umum menempatkan tingkat kepuasan terhadap kepemimpinan Alex Noerdin mencapai 70 persen.

"Justru masyarakat kurang merespon positif karena selalu dikaitkan dengan dinasti politik. Sebagai peneliti saya menilai ada anomali di Sumsel ini karena adanya hubungan Dodi dengan Alex Noerdin sebagai anak dan bapak justru tidak membantu. Berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, seperti Nusa Tenggara Barat," tuturnya.

Survei LSI, diungkapkannya, masyarakat juga masih mempertimbangkan latar belakang pengalaman Dodi di bidang politik, dan sebagian masyarakat menilai dia belum berpengalaman dan masih terlalu muda, jika dibandingkan Herman Deru-Mawardi Yahya.

Adapun faktor terakhir, menurut LSI, yakni di tiga pekan terakhir pasangan Herman Deru-Mawardi Yahya mampu memanfaatkan suara mengambang (swing votter) yang terkonsentrasi di Kota Palembang.

Berdasarkan data LSI diketahui bahwa selisih suara antara Herman Deru dan Dodi cukup besar, yakni 17 persen di daerah pemilihan I Palembang A dan 10 persen di daerah pemilihan II Palembang B, sehingga sangat berpengaruh mengingat jumlah pemilih di Palembang menjadi yang terbanyak, yakni 1,1 juta orang.

Ia menjelaskan pada tiga pekan terakhir jelang Pilkada Sumsel pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya juga mampu memunculkan isu baru untuk menutupi isu yang menyerang tekait ijazah palsu dan perbuatan asusila, yakni dengan mengungkit prestasi Sriwijaya Football Club (SFC) yang notabene melibatkan Dodi Reza.

Hal itu juga, dikemukakannya, yang menyebabkan Herman Deru melesat di lintasan terakhir mengingat sebelum Lebaran 2018 pihak LSI masih memenangkan Dodi Reza dengan selisih 4,0 persen.

Baca juga: LSI: Dodi-Giri potensi unggul di Pilgub Sumsel

"Kami juga memantau isu terkait penunggakan gaji pemain SFC, dan ini mempengaruhi swing votter di Palembang, khususnya ke pemilih pemula. Apalagi, setelah puasa jumlah swing votter membesar dari 23 persen menjadi 30 persen," ujar Miftah.

Terkait peran calon wakil gubernur dari masing-masing calon, LSI menilai kurang berpengaruh signifikan dalam mendongkrak suara karena kedua-duanya, yakni Mawardi Yahya dan Giri Ramanda, sama-sama kurang dimunculkan.

Begitu juga dengan latar belakang partai politik karena pemilih lebih menilai sosok atau figur dari pemimpin yang mencalonkan diri seperti yang terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia.

Dalam penghitungan cepat LSI menempatkan peringkat ketiga Pilkada Sumsel 2018, yakni Ishak Mekki-Yudha Pratomo meraih suara 21,08 persen dan peringkat terakhir Aswari Rivai-Irwansyah (11,25 persen).

LSI berani menjamin bahwa hasil hitung cepatnya akan sama dengan KPU karena mematok sampling error 1,0 persen, sedangkan data yang masuk bersumber dari 350 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di seluruh Sumsel secara proporsional. Sementara itu Daftar Pemilih Tetap di Sumsel mencapai 5.656.633 dengan jumlah TPS 16.903.

Herman Deru bukan sosok yang baru dalam Pilkada di Sumsel. Sebelum ia sempat mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumsel berpasangan dengan Mapilinda Syarial Oesman (istri dari gubernur sebelumnya). Namun, kala itu ia dikalahkan pasangan petahana Alex Noerdin dan Ishak Mekki.

Baca juga: Gubernur: Hasil Pilkada Sumsel masih menunggu KPU
 

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018