Juara dunia empat kali itu seharusnya sudah melihat tanda bahaya dan peringatan setelah gagal tampil pada puncak permainan selama hampir satu tahun sebelum turnamen di Rusia itu.
Tetapi gabungan terlalu percaya diri, keangkuhan dan kecerobohan bercampur menjadi racun dalam pertandingan-pertandingan mereka di Grup F untuk terusir langsung pada putaran pertama dengan hanya mengemas satu poin dari tiga pertandingan.
Yang dulu dikenal mesin gol yang memainkan sepak bola menyerang nan gigih itu sudah terkikis di Rusia menjadi awak warna warni hobi berantem yang tidak padu dan tak mau bekerja sebagai tim.
Tentu saja, tanggung jawab terbesar dipikul oleh pelatih Joachim Loew, yang tak pernah memperhatikan tanda-tanda yang sebenarnya sudah terlihat tahun lalu.
Juara Piala Dunia 2014 itu merampas gelar juara Piala Konfederasi 2017 dan mencatat nilai sempurna dalam kualifikasi Piala Dunia dengan memenangkan 10 dari total 10 pertandingan grup.
Loew membangga-banggakan kedalaman skuadnya, yang disebutnya kumpulan pemain yang dipilih dari paling sedikit tiga lusinan pemain, tetapi setelah semua sukses itu pelan-pelan keadaan berbalik muram.
Jerman seri melawan Inggris, Prancis dan Spanyol dalam laga persahabatan internasional sebelum dikalahkan Brasil, Maret tahun ini. Mereka kemudian ditaklukkan Austria dalam laga pemanasan terakhir dan hanya menang tipis melawan Arab Saudi sebelum terbang ke Rusia.
Baca juga: Reaksi para legenda setelah Jerman tersingkir
Loew terus-terusan bereksperimen dengan lineup dan sistem permainan, sembari menegaskan bahwa keberhasilan Jerman tepat berpilar kepada hal-hal yang tidak berjalan baik dalam pertandingan-pertandingan persahabatan itu.
Dia tetap yakin bahwa segalanya akan berjalan baik sampai tiba waktunya mereka mendarat di Rusia.
Mengapa Leroy Sane tak masuk tim
Selain itu ada masalah pada seleksi timnya.
Tanpa mau menjelaskan, dia mencampakkan pemain muda terbaik Liga Inggris, Leroy Sane, yang tak diragukan lagi merupakan pemain Jerman yang paling berbakat di generasinya, dan sebaliknya memutuskan memanggil penyerang tua Mario Gomez dan dua pemain yang tampil di bawah form, Sami Khedira dan Mesut Ozil.
Ozil dan rekan satu timnya Ilkay Gundogan, yang keduanya keturunan Turki, juga berada di pusat kontroversi besar praturnamen menyusul fotonya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Baca juga: Tiga hal di balik tersingkirnya Jerman
Seruan kepada kedua pemain agar meninggalkan Timnas Jerman setelah mereka menyebut Erdogan "presiden saya" tak pernah serius ditanggapi tetapi kedua pemain memang sudah tak pantas lagi memainkan sebuah turnamen level tinggi di tengah pertanyaan mengenai foto mereka itu terus dilontarkan begitu sampai di Rusia.
Ozil, yang dibangkucadangkan setelah kalah pada pertandingan pembuka melawan Meksiko, kembali masuk lapangan pada pertandingan terakhir Grup F melawan Korea Selatan tetapi tidak memberi dampak apa-apa kepada tim saat kalah mengejutkan 0-2.
Lamban dan cendering membuat kesalahan, dia telah kehilangan semua kreativitas yang justru menempel pada namanya dalam Piala Dunia 2014.
Tapi ada masalah lainnya lagi, karena tak punya pemimpin alamiah di lapangan dan ketidakmampuan mereka yang luar biasa dalam menciptakan gol kendati berkali-kali menciptakan peluang: Jerman harus menuntaskan turnamen dengan hanya dua gol pada tiga pertandingan.
"Memang ada perasaan agak terlalu percaya diri menjelang laga pembuka kami melawan Meksiko. Kami mengira kami hanya tinggal menekan tombol dan menang. Ternyata tidak begitu," kata Loew seperti dikutip Reuters.
Pria berusia 58 tahun yang mulai melatih pada 2006 dan belum lama ini menandatangani perpanjangan kontrak sampai 2022, menyatakan bertanggung jawab atas kegagalan itu tetapi masih harus dilihat apakah dia akan terus memimpin perubahan atau memberi jalan kepada penggantinya.
Baca juga: Berubah liar dan tak disiplin biang keladi tersingkirnya Jerman
Pewarta: ANTARA NEWS
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018