Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan pemimpin oposisi Riek Machar sepakat pada Rabu pagi bagi gencatan senjata "permanen" yang mulai berlaku dalam 72 jam, sehingga menimbulkan harapan mengenai berakhirnya perang saudara empat tahun di negara itu.
Ketika berbicara melalui Juru Bicara PBB Stephane Dujarric, Guterres mengatakan ia terdorong oleh deklarasi kesepakatan tersebut.
Ia menyatakan kesepakatan tersebut ditandatangani pada saat situasi keamanan di beberapa bagi Sudan Selatan terus bertambah buruk, ditandai oleh pelanggaran Kesepakatan Penghentian Permusuhan Desember 2017.
Oleh karena itu, ia menyambut bahwa semua pihak memperbarui komitmen mereka untuk menggandakan upaya mereka demi kepentingan perdamaian, demikian laporan Xinhua.
Ketika menyambut keinginan semua pihak untuk melanjutkan perundingan guna menuntaskan usul yang dijembatani IGAD, Guterres mendesak semua pihak agar memperlihatkan kepemimpinan politik dan terlibat dalam upaya mencapai kesepakatan mengenai masalah yang mengganjal tentara pengaturan keamanan dan pemerintahan.
PBB, yang bekerja sama dengan IGAD dan Uni Afrika (AU), siap mendukung pemimpin dan rakyat Sudan Selatan dalam bergerak menuju kesepakatan yang adil, melibatkan semua pihak dan dapat dilaksanakan, katanya.
Kesepakatan Rabu dilaporkan akan memungkinkan anggota AU dan IGAD, kelompok regional Afrika Timur yang telah melancarkan upaya perdamaian, untuk menggelar kekuatan yang diperlukan guna mengawasi gencatan senjata permanen yang telah disepakati.
(Uu.C003)
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018