Obituari - "Oom Pasikom" telah berpulang

30 Juni 2018 19:39 WIB
Obituari - "Oom Pasikom" telah berpulang
Kartunis kawakan dari harian Kompas, GM Sudarta mempresentasikan karya-karya kartunnya pada acara diskusi budaya bertajuk "Rusak Budaya, Hancur Negara", di Galeri Cipta 3, TIM, Jakarta, Rabu malam (26/9/2012). (Foto ANTARA/Dodo Karundeng)
Jakarta (ANTARA News) - Dunia seni kartun Indonesia kehilangan salah satu tokoh besar dengan kematian Gerardus Mayela Sudarta, atau lebih dikenal dengan nama GM Sudarta, yang dikenal dengan karyanya "Oom Pasikom".

GM Sudarta meninggal pada usia 73 tahun pada Sabtu pukul 08.25 WIB. Jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka Sinar Kasih, Batu Tulis, Bogor.

Menurut informasi dari pihak keluarga di rumah duka, jenazah GM Sudarta akan dikremasi di krematorium Rumah Sakit Sentra Medika, Cibinong pada Senin (2/7) pukul 10.00 WIB.

Lahir di Klaten, 2 September 1945, GM Sudarta melanjutkan pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta setelah menamatkan SMA di Klaten pada 1965. Semasa kuliah, dia sempat menjadi kartunis di majalah Merah Putih terbitan Jakarta pada 1966.

GM Sudarta memulai karier sebagai kartunis di Kompas Minggu sejak 1967. Namanya yang diidentikkan dengan sosok "Oom Pasikom" itu telah melahirkan ribuan karya.

Melalui karakter Oom Pasikom, GM Sudarta mengemas isu-isu aktual yang terjadi di tanah air maupun dunia internasional. Daya kreativitasnya semakin terpacu saat Reformasi 1998 bergulir.

Kesuksesan kartun Oom Pasikom bahkan membuat karakter itu diangkat ke layar lebar diperankan aktor Didi Petet dan disutradarai Chaerul Umam pada 1990.

Oom Pasikom versi layar lebar itu diceritakan sebagai sopir taksi yang sangat sayang dengan mobil pribadi tuannya, sekaligus pelit karena penghasilannya yang pas-pasan.

Oom Pasikom versi layar lebar menampilkan kisah-kisah warga ibu kota mulai dari arisan nyonya-nyonya, istri yang kesepian, operasi kebersihan yang tidak adil bagi pengusaha kecil hingga mahasiswi yang sedang menulis skripsi.


Kompas Kehilangan

Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan kematian GM Sudarta sebagai kehilangan besar bagi Kompas. Apalagi, Budiman mengaku belum menemukan kartunis yang sekaliber GM Sudarta.

"Bagi Kompas, Mas GM itu ikon sekaligus maestro bagi kartunis Indonesia. Garisan pena dan ide-idenya memotret permasalahan sosial secara tajam, tetapi tidak membuat yang dikritik marah malah menertawakan," katanya.

GM Sudarta menyertai Kompas hampir sepanjang usia harian tersebut. Meskipun sudah pensiun sejak 2005, karya-karya GM Sudarta tetap dimuat oleh Kompas hingga kesehatannya tidak memungkinkannya lagi untuk berkarya.

"Karya-karyanya memotret permasalahan sosial secara tajam tetapi tidak membuat yang dikritik marah, tetapi malah menertawakan. Itu kepiawaian Mas GM," kata Budiman.

Budiman menyebut karya-karya GM Sudarta sebagai kritik berbisik yang tidak menyebabkan pihak-pihak yang dikritik kebakaran jenggot. Hal itu berbeda dengan kartunis-kartunis saat ini yang cenderung mengkritik secara frontal.

Budiman juga menyebut GM Sudarta sebagai kartunis yang yang visioner dalam memandang realitas sosial melalui karya-karyanya.

Kartun-kartunnya masih tetap relevan dengan kondisi kekinian. Misalnya karyanya tentang banjir Jakarta yang dibuat pada 1976.

Budiman mengatakan kartun tentang banjir Jakarta itu menggambar mobil-mobil di Bundaran Hotel Indonesia yang terendam banjir. Ternyata, hingga saat ini Jakarta masih terus menghadapi permasalahan banjir setiap tahun.

"Karya-karya Mas GM memiliki horizon jangka panjang. Sampai saat ini, banjir masih terjadi di Jakarta," tuturnya.


Rencana Pameran

Kartunis Muhammad "Mice" Misrad mengatakan GM Sudarta dijadwalkan akan menggelar pameran bersama enam kartunis lainnya pada Oktober 2018.

"Temanya Art Cartoon yang digarap di atas media kanvas. Sepertinya Pak GM sudah membuat dua. Kemungkinan nanti tema pameran itu akan diubah menjadi `Tribute to GM Sudarta`," kata Mice.

Mice mengatakan pameran tersebut direncanakan diadakan di Bentara Budaya Jakarta. Selain GM Sudarta dan Mice, kartunis lain yang akan terlibat adalah Tommy Thomdean, Didi SW, Beng Rahadian, Ika W Burhan dan Rahardi Handining.

Mice mengaku kaget saat mendengar kabar kematian GM Sudarta. Secara pribadi dia merasa kehilangan, apalagi akan ada hajat besar yang akan dia adakan bersama GM Sudarta.

Mice menyebut tidak akan ada kartunis yang bisa menggantikan GM Sudarta. GM Sudarta adalah kartunis opini terbaik, bahkan sampai saat ini.

Tidak ada kartunis opini yang bisa memandang dunia politik dengan cara yang lucu, santun, tegas dan kritis seperti GM Sudarta.

"Ketakutan terbesar saya adalah tidak ada yang bisa menggantikan Pak GM. Bibit kartunis opini kita saat ini sangat kurang. Belum ada lagi kartunis opini yang sehalus Pak GM," tuturnya.

Mice sendiri memandang GM Sudarta sebagai panutan. Pernah sekali saat menjenguk di Yogyakarta, Mice mendapatkan cerita pengalaman GM Sudarta saat mengajar di Jepang.

"Saat itu 2010. Pak GM cerita di Jepang sempat menampilkan kartun `Benny & Mice`. Saya sendiri sampai merasa `ge-er`," tutur Mice yang memang sempat berduet dengan kartunis Benny Rachmadi itu.


Seniman Klaten

Kematian GM Sudarta juga menyebabkan kehilangan bagi kalangan seniman Klaten yang tergabung dalam Paguyuban Senirupawan Klaten (Pasren).

Ketua Pasren Karang Sasangka mengatakan sosok GM Sudarta banyak memberikan kontribusi terhadap organisasi Pasren maupun dunia seni di tempat kelahirannya, meskipun dia lebih banyak berdomisili di Jakarta.

"Beliau banyak memberikan kontribusi ke Pasren baik nasehat, pendapat maupun materiil. Yang jelas, kami teman-temen Pasren sangat-sangat kehilangan atas wafatnya Mas GM," katanya.

Bagi Karang Sasangka, yang merupakan putra pelukis legendaris Rustamadji, GM Sudarta adalah sosok yang tidak pernah membedakan-bedakan seniman yang sudah terkenal atau belum dan profesional atau pemula. Semua dihormati dan diperlakukan sama.

Menurut Karang, komunikasi terakhirnya dengan GM Sudarta terjadi sekitar 20 Maret 2018 ketika dia dirawat di sebuah rumah sakit di Bogor.

"Almarhum mengatakan sangat senang, bahagia sudah bisa menikmati hidup walaupun dalam keadaan sakit saat terakhirnya," tuturnya.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018