• Beranda
  • Berita
  • Muhammad Nasir targetkan 2019 Indonesia pimpin publikasi ilmiah

Muhammad Nasir targetkan 2019 Indonesia pimpin publikasi ilmiah

2 Juli 2018 19:29 WIB
Muhammad Nasir targetkan 2019 Indonesia pimpin publikasi ilmiah
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

... perbaikan sistem, pada 2017 jumlah publikasi Indonesia mencapai 18.500 sehingga di atas Thailand dengan 16.800 publikasi. Dan pada 2018 ini sudah berhasil melampaui Singapura...

Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, menargetkan Indonesia mampu memimpin publikasi ilmiah di Asia Tenggara pada 2019.

"Mudah-mudahan di 2019 Indonesia bisa menjadi pemimpin (publikasi ilmiah) di Asia Tenggara," kata dia, saat menyampaikan orasi ilmiah dalam peringatan Ulang Tahun Prodi ke-30 Magister Manajemen FEB UGM, di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo MM FEB UGM Yogyakarta, Senin.

Menurut Nasir, cita-cita itu telah diimbangi dengan berbagai langkah salah satunya dengan meningkatkan anggaran bidang riset. Dengan demikian, diharapkan lahir publikasi-publikasi ilmiah yang berkualitas.

"Ini diperuntukkan untuk semua kampus dan PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) kami prioritaskan," kata dia. 

Nasir mengatakan jumlah publikasi karya ilmiah di jurnal internasional hingga saat ini tertinggi masih ditempati Malaysia.

Ia mengakui jumlah publikasi ilmiah di Indonesia memang masih rendah. Hingga 2014 jumlah publikasi ilmiah Indonesia masih mencapai 4.000 publikasi sedangkan Singapura mampu mencapai 19.000 publikasi dan Malaysia 28.000 publikasi.

"Dengan perbaikan sistem, pada 2017 jumlah publikasi Indonesia mencapai 18.500 sehingga di atas Thailand dengan 16.800 publikasi. Dan pada 2018 ini sudah berhasil melampaui Singapura," kata dia.

Selain publikasi ilmiah, Nasir mengemukakan indeks daya saing Indonesia juga masih rendah. Mengacu data Global Competiveness Index (CGI) 2017, daya saing Indonesia masih berada di peringkat 36 dari 137 negara, jauh di bawah Singapura di urutan 3, Malaysia urutan 23, sedangkan Thailand di posisi 32.

"Rendahnya daya saing bangsa ini salah satunya berasal dari dunia pendidikan tinggi. Kualitas lulusan dan kompetensi yang dihasilkan lebih rendah dibanding negara tetangga," kata Nasir.
 

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018