Swedia ujian untuk generasi emas Swiss

3 Juli 2018 13:32 WIB
Swedia ujian untuk generasi emas Swiss
Gelandang Swiss Blerim Dzemaili (kanan atas) berselebrasi bersama rekan setimnya setelah mencetak gol pembuka pada pertandingan sepak bola Grup E Piala Dunia 2018 Rusia antara Swiss dan Kosta Rika di Nizhny Novgorod Stadium di Nizhny Novgorod (27 Juni 2018). (Dimitar DILKOFF / AFP)
St Petersburg (ANTARA News) - Swiss menjalani pertandingan 16 Besar Piala Dunia melawan Swedia di St Petersburg, Selasa malam pukul 21.00 WIB, dengan skuad yang jauh mengasyikan ketimbang pertandingan-pertandingan di berbagai turnamen silam, tapi hanya kemenangan yang mengamankan warisan abadi untuk apa yang disebut "Generasi Emas."

Swiss mungkin saja kekurangan kualitas di depan, tetapi organisasi dan teamwork yang kuat telah membuat mereka mampu mengatasi kekurangan mereka itu, sekalipun mereka bakal menjalani ujian tanpa kehadiran kapten Stephan Lichtsteiner dan Fabian Schar.

Duo bek yang terkena larangan satu pertandingan setelah mendapat dua kartu kuning, adalah bagian integral dari barisan belakang Swiss dan jika tim mesti maju pada turnamen ini maka yang harus pertama kali diatasi adalah bagaimana bermain tanpa dua pemain itu.

Namun bersama pemain-pemain seperti Ricardo Rodriguez, Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka yang bermain di klub-klub elite Eropa, Swiss tetap memiliki peluang sangat besar mencapai perempatfinal pertamanya sejak menjadi tuan rumah Piala Dunia 1954.

Seri melawan Brasil dan Kosta Rika serta sekali menang melawan Serbia telah mengamankan tempat kedua di Grup E di bawah Brasil, sedangkan tersingkir secara mengejutkannya Jerman membuat tim asuhan Vladimir Petkovic harus menghadapi lawan jauh lebih ringan pada diri Swedia yang membuat Swiss kini lebih berani memasang target menang dari pada target seri jika menghadapi Jerman.

Baca juga: Swiss ingin lepaskan belenggu 64 tahun

Seperti halnya Swiss, Swedia lolos berkat efisiensi nan cepat yang performa bagusnya saat menggebuk Korea Selatan dan Meksiko agak tertutupi kekalahan oleh gol menit-menit terakhir sewaktu melawan Jerman.

Kedua tim lolos dari fase grup dengan tidak ribut-ribut, dengan hanya mencetak masing-masing  lima gol.

Kelima gol itu pun terbagi-bagi, dengan kapten Swedia Andreas Granqvist menjadi satu-satunya pemain di dua tim itu yang mencetak lebih dari satu gol selama di Rusia, yang keduanya pun berasal dari tendangan penalti.

Fase grup telah menunjukkan Swedia mungkin telah berhasil menutup ruang di lapangan tengah tanpa terlalu maju menekan dan mengandalkan serangan balik untuk mencetak gol, di tengah ambisi mereka menyamai atau berkiprah lebih baik dari pencapaian semifinal 1994.

Baca juga: Swedia andalkan kolektivitas untuk jinakkan Swiss

Strategi Swedia adalah mendorong Swiss mundur dan menggantungkan harapan kepada dua bek tengah Granqvist dan Victor Lindelof dalam mengatasi umpan-umpan di kotak penalti lawan.

Pengakuan pelatih Swedia Janne Andersson bahwa dia hanya punya daftar pendek penendang penalti adalah bukti dari strategi itu, dan mengingat kedua tim sama-sama memuja pertahanan, maka adu tendangan penalti bukan kemustahilan.

Kecenderungan bertahan ini mengundang kritik bahwa Swedia tidak pandai mendribel bola yang langsung disangkal gelandang Albin Ekdal.

"Siapa yang peduli? Kami yang terbaik dalam memaksimalisasi peluang. Kami memang tak bisa menyaingi Prancis atau Spanyol dalam soal mengolah bola, tapi untungnya sepak bola tidak ditentukan oleh umpan-umpan tiki-taka," kata Ekdal seperti dikutip Reuters.

Baca juga: Prediksi Swiss vs Swedia; berlomba hapus catatan buruk



 

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018