"Keselamatan penumpang merupakan yang utama. Bagi ASDP, nomor satu keselamatan, nomor dua keselamatan dan nomor tiga keselamatan," kata Direktur Utama PT ASDP (Persero), Ira Puspadewi, di Jakarta, Selasa.
Untuk itu menurut dia, PT ASDP secara berkala terus melakukan pengecekan mesin kapal, sistem pelayanan dan termasuk segala prosedur dalam setiap perjalanan kapal.
"Audit terhadap peralatan dan pelayanan menjadi semacam kewajiban yang harus dilakukan untuk lebih menjamin tingkat keamanan dan kenyamanan penumpang," ujarnya.
Ia mencontohkan, di setiap kapal sudah dipastikan semua peralatan keselamatan jiwa, di antaranya pelampung, sekoci hingga sistem komunikasi berfungsi dengan semestinya, tidak ada yang bermasalah.
Demikian juga dengan SDM di semua lini digenjot untuk memberikan pelayanan terbaik dengan menerapkan disiplin kepada semua karyawan sesuai dengan bidang masing-masing.
"Saat ini tambah Ira, PT ASDP memiliki delapan kantor cabang yang mengelola 13 pelabuhan, 43 dermaga dan 217 unit kapal (termasuk swasta).
Sebelumnya, dunia penyeberangan dan pelayaran mewarnai wajah sistem transportasi laut di Indonesia.
Pada 18 Juni 2018, KM Sinar Bangun tenggelam di perairan Danau Toba saat menyeberang dari dermaga Simanindo, Kabupaten Samosir menuju pelabuhan Tigaras, Kabuparen Simalungun. Sebanyak 21 orang, dimana 18 orang diantaranya selamat, tiga meninggal dunia. Sementara 164 orang penumpang lainnya dinyatakan hilang.
Selanjutnya, pada 3 Juli 2018 KM Lestari Maju juga tenggelam di perairan Selayar, Sulawesi Selatan dimana jumlah korban meninggal diberitakan sebanyak 12 orang.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018