Pertarungan Brasil melawan Belgia kemudian dilebar-lebarkan kepada dua momen "pembalikan" dan "penjungkirbalikan" generasi setelah baby boomers. Pertama, momen dari kalah lebih dulu kemudian menang di akhir pertandingan. Ini terjadi ketika Belgia menundukkan Jepang 3-2 dalam laga 16 besar Piala Dunia, yang dihelat di Rostov Arena.
Belgia sempat tertinggal dua gol dari skuad Negeri Sakura, berkat gol yang dilesakkan oleh Genki Haraguchi pada menit ke-48 dan Takashi Inui (52). Tiba-tiba pembalikan dan penjungkirbalikan terjadi layaknya orang yang sedang asyik mendongeng, sebagaimana kerapkali dilakukan Generasi X.
Generasi X tampil sebagai kelompok yang berbetah ria dengan bernostalgia mengenai masa sebelum hadirnya medsos. Sama dan sebangun, saat Jepang urung bernostalgia karena mereka telah melesakkan dua gol ke gawang Belgia. Para serdadu Samurai seakan-akan terbata-bata ketika menghadapi serangan Belgia yang bertubi-tubi. Bukankah generasi Baby boomers terbata-bata dalam urusan mengunduh (browsing) dan mengoperasikan YouTube.
Skuad berjuluk Rode Duivels atau Iblis Merah mampu menjebol gawang Jepang dengan gol yang dicetak oleh Jan Vertonghen di menit ke-69, selanjutnya dua gol Belgia dilesakkan oleh Marouanne Fellaini dan Nacer Chadli.
Momen pembalikan dan penjungkirbalikan terjadi juga ketika Brasil melaju ke perempat final Piala Dunia 2018 dengan mengalahkan Meksiko, 2-0 di Samara Arena, Senin (2/7) malam WIB. Dua gol skuad Samba dicetak oleh Neymar dan Roberto Firmino.
Neymar mendulang kritik dari publik. Pemain yang membela Paris Saint-Germain (PSG) itu dituding suka main sandiwara, atau bersikap instan, atau berpura-pura dengan dibumbui gaya yang ekspresif meringis kesakitan setelah terkena tekel pemain lawan.
Generasi Y mendapat predikat sebagai generasi instan. Generasi Milenial sangat ekspresif di dunia maya. Sukacita atau dukacita cepat-cepat diluapkan dan dicetuskan secara berkobar di medsos. Mereka senang dimanjakan secara visual. Bukankah Neymar juga "dimanjakan" oleh sikapnya yang pura-pura jatuh agar dilihat oleh publik sejagat?
Aksi Neymar yang mencetak gol dan berpura-pura jatuh secepat kilat dapat disaksikan dan ditonton lewat Netflix dan YouTube. Bagi generasi Milenial, menelpon adalah hal ganjil, karena mereka terpapar oleh virus emoticon.
Kedua momen Piala Dunia itu mengundang decak kagum dengan ujaran populer dari Generasi Z, yakni Password wifinya mana ya? Oh MY God (OMG). Tiada hari tanpa ponsel cerdas dan Internet, inilah pakem Generasi Z.
Takashi seakan "move on" dengan melakukan selebrasi setelah mencetak gol yang menginspirasi rekan-rekannya untuk memberi penampilan terbaik ketika melawan Belgia. Generasi Baby Boomers yang lahir pascaperang dunia kedua serta merta move on dengan kesehariannya.
Mereka bereaksi dengan berkata, anak muda jaman sekarang, kok begitu ya? setelah menyaksikan perilaku Generasi X, Generasi Y, dan Generasi Z. Gol yang dilesakkan oleh Takashi meneror kebuntuan dengan ekspresi membuka tangan seraya berteriak.
Ekspresi, merupakan ciri dari Generasi Y dan Generasi Z. Hanya saja, generasi Milneial mendapat kritik sebagai generasi serba instan. Baik generasi Y maupun generasi Z sama-sama ekspresif, selalu ingin dimanjakan secara visual, tapi kurang gandrung dengan dunia tekstual.
Bukan tidak mungkin, ekspresi Takashi Inui ini dijadikan emoticon. Generasi Y dan Z memilih berkomunikasi lewat teks dan mengedepankan emoticon.
Hanya saja, Oh My God, apa yang dilakukan Neymar? Ia pura-pura jatuh kemudian mengerang kesakitan lalu tim media mendatangi kemudian merawat dia. OMG, Passwordnya mana? Ungkapan ini kerapkali dilontarkan oleh Generasi Z.
Tiada hari tanpa jatuh di lapangan, ini kerapkali dilakukan Neymar. Generasi Z tiada hari tanpa ponsel cerdas dan Internet. Dan Neymar ingin berakting di depan layar.
Oleh AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018