"Saya sangat terkesan karena seumur-umur tidak pernah membayangkan bisa berjabat tangan dengan banyak mantan teroris di sini. Ini luar biasa dan saya sangat mengapresiasi cara Indonesia memperlakukan mereka," kata Blok dikutip dari siaran pers.
Blok yang didampingi Duta Besar Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol dan Dubes Indonesia untuk Belanda I Gusti Wesaka Puja mengatakan kunjungannya itu untuk melihat pencapaian Ali Fauzi dengan sekolah dan yayasannya.
Blok mengakui kedatangannya untuk mempelajari pendekatan lunak yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terhadap mantan narapidana terorisme. Selama ini Belanda hanya fokus melakukan tindakan keras melalui hukum.
"Indonesia telah memberikan teladan kepada dunia bagaimana melakukan cara-cara lunak dan berperikemanusiaan. Ini akan kami contoh dan kami terapkan di Belanda," kata Blok.
Menurut Blok, Belanda ingin para warganya yang pernah terpapar paham radikal nantinya bisa hidup normal. Selain itu, Belanda juga ingin mencegah mereka menyebarkan paham radikal terorismenya kepada orang lain.
"Indonesia memiliki banyak pengalaman terkait penanganan terorisme karena beberapa kali mengalami serangan bom. Kami juga memiliki masalah sama dengan banyaknya warga kami yang pergi ke Suriah dan sekarang kembali pulang," ujarnya.
Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius mengungkapkan, kunjungan Menlu Belanda ini bukan upaya pertama Belanda belajar deradikalisasi ala Indonesia. Sebelumnya Badan Kontra Teroris Belanda (NCTV) telah melakukan hal yang sama di pesantren mantan teroris yang didiirikan Khairul Ghazali di Deliserdang, Sumatera Utara.
"Artinya, kita punya satu visi bahwa menyelesaikan terorisme tidak bisa dengan cara-cara keras, tapi juga dengan cara lunak. Bagaimana mengembalikan mereka ke masyarakat dengan baik, jangan dimarginalkan, dan diberi kesempatan untuk menjadi orang yang baik di masa mendatang," ujarnya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018