Tonny, saat mendatangi sekat kanal yang dibangun bersama mitra lokal Riau Women Working Group (RWWG) di Kelurahan Mundam, Dumai, Riau, Jumat, mengatakan 180 sekat kanal yang dibangun di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah itu diperkirakan mampu membasahi sekitar 2.500 hektare (ha) lahan gambut.
Selain sekat kanal, 660 sumur bor untuk dimanfaatkan memadamkan api jika terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lahan gambut juga dibangun di tiga provinsi. Sebanyak 600 sumur bor dibangun di Kalimantan Tengah, dan 60 lainnya dibangun di Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat.
Pengerjaan sekat kanal dan sumur bor ini dilakukan selama 2017-2018, bersama mitra-mitra ICCTF di daerah. Sedangkan teknis standar model sekat kanal berasal dari Badan Restorasi Gambut (BRG).
Direktur Lingkungan Hidup Bappenas Medrilzam selaku Sekretaris Majelis Wali Amanah (MWA) ICCTF pada kesempatan yang sama mengatakan lokasi pembangunan sekat kanal di Kecamatan Medang Kampai, Dumai, awalnya merupakan hutan gambut dengan sistem hidrologi gambut yang terjaga.
Namun setelah dimanfaatkan pemegang hak pengusahaan hutan (HPH) tutupan pohon menjadi hilang dan kanal-kanal dibuat yang akhirnya mengganggu kondisi hidrologi di sana. Gambut yang, menurut Medrilzam, sering dianggap sebagai batubara muda menjadi kering dan mudah tersulut api.
ICCTF didukung UKCCU membina kerja sama program dalam kerangka kerja Tata Kelola Hutan dan Lahan Gambut untuk Mengurangi Emisi di Indonesia Melalui Lokal (Tegak) dengan nilai pendanaan sebesar 4.000.000 poundsterling dengan program di lima provinsi prioritas restorasi gambut yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Target utamanya untuk melakukan restorasi lahan gambut bebas terbakar pada 26.167 ha dan mengurangi titik api menjadi sebanyak 17.138 titik. Dampaknya diharapkan terwujudnya manajemen hutan dan lahan gambut yang akuntabel dan responsif terhadap kebakaran hutan di lima provinsi prioritas restorasi gambut.
ICCTF yang telah melakukan MoU dengan BRG menggunakan konsep 3R --rewetting, revegetation, revitalitazion local livelihood-- dalam mengimplementasikan program di kawasan gambut.
Salah satu yang dilakukan yakni melakukan revitalisasi mata pencarian masyarakat lokal di Kecamatan Medang Kampai, Dumai, Riau, dengan menginisiai kelompok perempuan agar lebih berdaya dengan mengembangkan agroforestri jahe merah dan budi daya ikan lele dengan teknologi biofloc.
Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018