"Program penulisan buku sejarah toponimi ini pernah ditulis kemudian sempat berhenti dan sekarang saya hidupkan kembali," kata Direktur Sejarah Direktorat Kebudayaan Kemendikbud Triana Wulandari dalam keterangan pers di Magelang, Jateng, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa penyusunan buku tersebut dengan latar belakang keprihatinan pemerintah terhadap generasi muda saat ini yang kurang mengenal dan memahami dengan baik sejarah kotanya.
"Saat ini, banyak anak di kota sendiri yang tidak tahu sejarah kotanya," kata dia saat pembukaan diskusi kelompok terarah terkait dengan penyusunan buku sejarah toponimi Kota Magelang di sebuah hotel di Kota Magelang yang antara lain dihadiri Wakil Wali Kota Magelang Windarti Agustina.
Ia menyebut sejumlah daerah yang telah ditulis sejarah toponiminya, antara lain Bandung, Jakarta, Solo, dan Palu.
Ia menjelaskan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy juga pernah menginstruksikan kepada para guru sejarah untuk mengenalkan kepada anak didik tentang sejarah kota tempat tinggal mereka.
"Jadi Mendikbud menginstruksikan guru sejarah, sebelum anak-anak belajar sejarah nasional, `mbok` kenali dulu sejarah daerah sendiri," katanya.
Ia menjelaskan bahwa Kemendikbud memiliki program lokakarya guru sejarah yang telah berjalan tujuh tahun di 34 provinsi di Indonesia tentang pentingnya mereka bisa menulis dan menggali sejarah daerah bersama para muridnya.
Dalam lokakarya tersebut, ujarnya, diundang para pakar sejarah untuk memberikan pengetahuan yang memadai kepada para guru agar bisa mengimplementasikan program tersebut.
"Sehingga guru-guru sejarah bisa menulis sejarah sekaligus menggali bersama muridnya," kata Triyana.
Pada kesempatan itu, ia juga mengemukakan tentang pentingnya menggali asal-usul daerah Kota Magelang, khususnya nama-nama tempat, karena kota tersebut sudah berumur tua. Kota Magelang menjadi salah satu di antara beberapa daerah di Indonesia dalam program penyusunan buku sejarah toponimi daerah oleh Kemendikbud.
"Jadi dalam buku ini kita menggali asal-usul nama daerah dari sisi sejarah. Penyebaran buku ini secara e-book," ucapnya.
Windarti Agustina mengatakan bahwa Kota Magelang yang saat ini juga dikenal sebagai "Kota Sejuta Bunga" itu, termasuk daerah yang bersejarah.
Usia Kota Magelang, kata dia, sudah lebih dari 11 abad atau tepatnya 1.112 tahun dan telah mengalami banyak perubahan dari berbagai sisi.
Ia menyebut bangunan dan situs cagar budaya di kota itu sebagai bagian dari bukti akan sejarah Kota Magelang.
Ia juga menyambut positif diskusi dalam rangkaian penyusunan buku sejarah toponimi Kota Magelang itu.
"Buku ini nantinya akan menjadi bantuan bagi generasi muda untuk mengetahui cikal bakal masyarakat serta peristiwa masa lalu yang terjadi di Kota Magelang," katanya.
Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018