Joint Working Group (JWG) bidang Pendidikan Tinggi dan Riset merupakan implementasi Perjanjian tentang Pendidikan Tinggi antara Kedutaan Prancis di Jakarta dan Kemendikbud tahun 2011, demikian Atase Pendidikan KBRI Paris, Surya Rosa Putra kepada Antara London, Rabu.
Dikatakannya JWG dilaksanakan secara bergantian kedua negara setiap tahun. Tujuannya mengevaluasi kerjasama setahun ke belakang, merumuskan kerjasama setahun ke depan, serta memberi kesempatan kepada pihak perguruan tinggi untuk merancang kerjasama dan kegiatan lain secara otonom.
Kerjasama yang dimaksud ada dalam bentuk program gelar-ganda (joint degree), program gelar bersama, transfer kredit, program pertukaran mahasiswa dan dosen, program pertukaran pendidikan vokasi, program riset dan publikasi bersama.
Menurut Surya Rosa Putra, seiring dengan tuntutan zaman, ruang lingkup JWG ke-10 diperluas aspek inovasi dan kewirausahaan.
Pada saat yang sama kedua negara juga mengadakan High Level Meeting I dalam bidang Sains, Teknologi, Inovasi dan Pendidikan Tinggi (STIPH) bertujuan untuk membicarakan implementasi Persetujuan Kerjasama Riset, Sains, Teknologi dan Inovasi, dan Pengaturan Kemitraan Nusantara, yang disepakati kedua pemerintahan 2017 lalu.
JWG dihadiri 203 peserta dengan komposisi? 112 dari peserta Perancis dan 90 peserta Indonesia dan satu peserta dari Belgia.
Dari sisi institusi, Prancis diwakili 60 institusi, sementara Indonesia 50 institusi. JWG dibuka secara resmi Dubes RI untuk Prancis, Hotmangaradja Pandjaitan, dengan memukul Gong, disaksikan Dubes Prancis untuk Indonesia, Jean-Charles Berthonnet.
Dalam sambutannya, Dubes, atas nama pemerintah Indonesia, menyampaikan penghargaan kepada pemerintah Perancis atas komitmen dan kerjasamanya dalam mengembangkan kemitraan strategis Indonesia-Perancis.
Dubes mengatakan bahwa kemitraan dalam bidang pendidikan tinggi, riset dan inovasi adalah pintu masuk penting untuk mengembangkan kemitraan dalam bidang lain, terutama dalam bidang ekonomi dan kebudayaan. Oleh karena itu, Dubes berharap, JWG juga mengangkat isu-isu ekonomi dan kebuyaan sebagai bentuk hilirisasi riset dan inovasi.
Dalam kesempatan yang sama, Dubes Perancis untuk Indonesia, Jean-Charles Berthonnet mengungkapkan kerjasama Indonesia- Perancis dalam beberapa tahun terakhir meningkat pesat. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan berharap kemitraan ini bisa berkembang di masa-masa mendatang.
Sementara itu, Dirjen Kelembagaan Kemristekdikti, Dr. Patdono Suwignjo, sebagai ketua delegasi Indonesia dalam sambutannya, menginformasikan beberapa kebijakan dan strategi pengembangan ristekdikti Indonesia.
Menurut Dirjen, ada 3 objektif utama yang ingin dicapai dalam periode 2015-2019 ini, yakni pengembangan inovasi, adanya perguruan tinggi Indonesia yang masuk dalam 500 universitas top dunia, dan peningkatan kompetensi lulusan vokasional.
Ketiga objektif ini dicapai dengan merancang program-program unggulan berupa, pendirian Taman Sains dan Teknologi, pendirian Pusat-pusat unggulan, revitalisasi pendidikan vokasional, pengembangan profesor kelas dunia, fasilitasi publikasi dan sitasi internasional dan pengembangan universitas kelas dunia.
Dirjen mengatakan bahwa kebijakan dan strategi ini menjadi basis pengembangan kerjasama dengan Perancis, diantaranya dituangkan dalam dua dokumen kesepakatan antara kedua negara yang ditandantangani bulan Maret tahun 2017, yakni Persetujuan Kerjasama Riset, Sains, Teknologi dan Inovasi, dan Pengaturan Kemitraan Hubert-Curien Nusantara.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018