"Kami masih tidur, lalu mendengar ada teriakan," kata Suriani, salah seorang anak korban, di Kotabaru, Jumat.
Peristiwa itu terjadi saat korban hendak buang air di mandi, cuci, dan kakus di luar rumahnya yang berada di pinggir laut. Saat pagi yang masih senyap itu, seekor buaya muara tiba-tiba menerkam salah satu kaki ibu tersebut.
Teriakan korban membuat buaya yang menyambarnya itu langsung menghilang.
Akibat insiden ini, korban mengalami luka parah di kaki kanan. Lantaran puskesmas di Kecamatan Kelumpang Selatan itu, tak bisa menangani, korban kemudian dibawa ke rumah sakit di ibu kota kabupaten setempat.
Menurut sejumlah warga, keberadaan buaya di perairan desa mereka sudah sejak lama.
Namun, penyerangan terhadap manusia, baru pertama kali ini terjadi.
Keberadaan buaya, khususnya buaya muara, di beberapa wilayah perairan di Kabupaten Kotabaru selama ini meresahkan masyarakat.
"Cukup meresahkan dan sudah banyak laporan," ujar Kepala Seksi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Kotabaru Addenan.
Setiap ada informasi dari masyarakat tentang keberadaan buaya itu, pihaknya selalu melanjutkan laporan itu kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) baik tingkat kabupaten maupun provinsi.
Akan tetapi, katanya, sejauh ini belum ada tindak lanjut sesuai yang diharapkan masyarakat. Berbagai upaya pernah dilakukan secara swadaya untuk mengamankan satwa dilindungi itu, namun tak membuahkan hasil.
"Kami minta tanggapannya bagaimana, masalahnya kita sudah melakukan upaya namun tidak berhasil. Jangan sampai nanti kita ambil jalan pintas seperti pemusnahan, ini kan binatang dilindungi, jadi kami harap BKSDA turun ke lapangan untuk mengatasi keresahan masyarakat ini," katanya.
Dalam banyak kasus, buaya kerap menyerang manusia saat kehabisan pakan alaminya. Kemudian saat kemarau, buaya muara menjadi lebih sensitif dan rentan melakukan penyerangan terhadap warga.
Buaya yang telah menyerang manusia biasanya harus ditangkap dan dimasukkan ke penangkaran karena kemungkinan penyerangan akan terulang.
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018