Suhu udara Saudi yang jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata suhu wilayah Indonesia, yang masih berkisar di angka 30an derajat Celsius, menurut Eka, bisa menimbulkan heatstroke, cekaman panas, kodnisi darurat dimana suhu tubuh seseorang naik sangat drastris akibat paparan suhu tinggi atau cahaya matahari dalam waktu lama.
Gejala cekaman panas umumnya mual, kejang, kebingungan, disorientasi dan kadang-kadang kehilangan kesadaran atau koma. Dalam beberapa kasus sengatan panas memicu komplikasi mematikan atau menyebabkan kerusakan pada otak dan organ internal lainnya.
Oleh karena itu, Eka mengimbau jamaah dan petugas haji selama berada di Arab Saudi banyak mengonsumsi air putih agar terhindar gangguan kesehatan itu. Konsumsi air putih cukup, ia melanjutkan, bisa menekan risiko terkena cekaman panas.
Selain itu, dia meminta jamaah dan petugas haji menghindari paparan sinar matahari langsung saat beraktivitas di Arab Saudi dan kecuali berihram, jamaah dan petugas dapat menggunakan penutup kepala untuk menghindari paparan langsung sinar matahari.
Eka berharap petugas kesehatan menjaga kesehatan dan kebugaran supaya tetap bisa menjalankan tugas melayani jamaah haji dengan baik mengingat jamaah yang berisiko tinggi sakit jumlahnya sampai 63 persen dari keseluruhan jamaah haji Indonesia.
Dia menjelaskan petugas kesehatan haji mencakup empat tim yakni tim manajerial, tim promotif preventif, tim kuratif rehabilitatif dan tim gerak cepat.
Tim manajerial bertugas untuk mengkoordinasikan persiapan dan pelaksanaan kegiatan dalam penyelenggaraan kesehatan haji, tim promotif preventif tugasnya melakukan kegiatan promosi kesehatan dan upaya pencegahan, tim kuratif rehabilitatif memberikan pelayanan kesehatan bagi jamaah haji sakit di pos kesehatan dan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), dan tim gerak cepat mendapat amanah melakukan evakuasi atau pertolongan dalam pelayanan kesehatan haji.
Baca juga: Pemerintah siapkan 1.821 tenaga kesehatan haji
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018