Game horor buatan pengembang yang berbasis di Bandung, Jawa Barat ini digemari di negara asing, antara lain Australia, Malaysia, Singapura dan Jepang. DreadOut menceritakan petualangan Linda bersama teman-temannya menghindari serangan hantu.
DreadOut menyajikan hantu lokal seperti pocong, kuntilanak dan sundel bolong.
"Saya tertarik bekerja sama mengadaptasi DreadOut menjadi film karena kesamaan visi," kata pendiri Digital Happiness, Rachmad Imron, saat jumpa pers di Bekraf Game Prime 2018, Sabtu.
GoodHouse.Id selaku rumah produksi yang akan menggarap film ini melihat game ini dapat dieksplorasi untuk diangkat ke layar lebar, apalagi cara mengalahkan hantu dengan menggunakan ponsel pintat dianggap sejalan dengan penonton masa kini.
DreadOut saat ini memiliki tiga seri, yaitu DreadOut (2014), DreadOut: Keepers of The Dark (2016) dan DreadEye VR produksi 2017.
Selama ini, belum ada game buatan pengembang lokal yang diangkat ke layar lebar oleh sineas Tanah Air. Sementara itu, untuk kancah global beberapa film yang diangkat dari game sukses di pasaran seperti Tomb Raider, Resident Evil, Silent Hill dan Angry Bird.
Badan Ekonomi Kreatif menyambut baik kolaborasi ini dan berharap para pelaku industri kreatif dapat bekerja sama antar sub-sektor demi meningkatkan ekonomi kreatif Indonesia.
Baca juga: Penyebab pengembang game lokal belum kuasai pasar
Baca juga: Bekraf Game Prime 2018 ; apa kabar pengembang lokal?
Baca juga: Acer Predator Helios 500 masuk Indonesia, ini harganya
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018