Melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu, SMF juga mencatatkan pendapatan semester I-2018 mencapai Rp621 miliar atau naik 8,00 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp575 miliar.
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan pihaknya gencar melakukan penetrasi ke berbagai institusi penyalur KPR khususnya bank pembangunan daerah (BPD) seluruh Indonesia sepanjang semester I-2018.
Hal tersebut bertujuan meningkatkan akses kepemilikan rumah bagi masyarakat di berbagai daerah. Hingga saat ini SMF telah memberikan pinjaman kepada 26 bank, baik bank umum, bank syariah, BPD maupun perusahaan pembiayaan.
Pada 6 Juni 2018 lalu, SMF telah melanyalurkan dana pembiayaan KPR kepada Bank BJB Rp1,5 triliun. Ananta berharap pembiayaan perumahan di daerah dapat lebih terdorong secara optimal sehingga kebutuhan perumahan dapat terpenuhi.
SMF mencatat bahwa secara kumulatif total akumulasi dana yang dialirkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan dari 2006 hingga 30 Juni 2018 mencapai sebesar Rp41,97 triliun, yang terdiri dari pembiayaan sebesar Rp31,82 triliun, dan sekuritisasi sebesar Rp10,15 triliun.
Angka tersebut meningkat 28,58 persen dari posisi 30 Juni 2017 sebesar Rp32,64 triliun. Dana yang telah dialirkan tersebut telah membiayai 721.736 debitur KPR yang tediri dari 70 persen pembiayan dan 30 persen sekuritisasi.
SMF merupakan BUMN yang didirikan pada 2005 untuk membangun dan mengembangkan pasar pembiayaan sekunder perumahan.
SMF memilki kontribusi menyediakan dana menengah panjang bagi pembiayaan perumahan melalui kegiatan sekuritisasi, dan pembiayaan.
Pada 2018, SMF tengah fokus dalam memperkuat perannya sebagai "fiscal tools" pemerintah untuk menurunkan beban pelaksanaan program KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018