Medan (ANTARA News) - Indonesia secara garis besar membutuhkan infrastruktur transportasi yang cerdas, Sistem Informasi dan Telekomunikasi, serta Manajemen Moda Transportasi Berkeadilan.Sarana Tranportasi Cerdas, dan Sikap Budaya pengguna transportasi cerdas yang berkeadilan difokuskan pada keamanan, kenyamanan, ketepatan waktu, dan koneksi intermoda (antara moda)."
"Sarana Tranportasi Cerdas, dan Sikap Budaya pengguna transportasi cerdas yang berkeadilan difokuskan pada keamanan, kenyamanan, ketepatan waktu, dan koneksi intermoda (antara moda)," kata Sekretaris Dewan Profesor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Dr Imam Robandi, dalam pertemuan dengan wartawan, di Medan, Sabtu.
Hal tersebut dikatakannya usai Rapat Kerja Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MDGB PTN-BH) di Kampus Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Imam mengatakan, hal itu memerlukan keseriusan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Jumlah kecelakaan di negeri ini setiap tahun yang sangat besar akibat transportasi di jalan raya, sungai, danau, laut, dan di udara.
Selain itu, juga kelambatan pengiriman dan pembongkaran barang terjadi karena sistem transportasi yang sangat buruk, serta pengguna tranportasi yang belum terdidik dengan baik.
"Transportasi adalah tulang punggung perekonomian Indonesia," ucapnya.
Ia menjelaskan, dengan panjang (jumlah) jalan yang semakin terbatas dan barang yang diangkut semakin meningkat, maka semakin dibutuhkan sistem tranportasi yang lebih efisien, yaitu tepat dan cepat.
Sistem transportasi konvensional sudah sangat tertinggal, sehingga tidak dapat menyelesaikan permasalahan dengan optimal karena pertumbuhan jumlah alat transportasi modern yang semakin cepat.
"Ini dibutuhkan sistem transportasi yang cerdas, dapat menghasilkan sistem yang efisien dan tepat waktu, serta dapat menjangkau seluruh titik aktivitas perekonomian masyarakat. Juga dapat mendidik budaya positif masyarakat pengguna transportasi dan masyarakat umum," katanya.
Ia juga menyebutkan, sistem perkeretaapian harus mulai dihidupkan kembali secara serius agar masyarakat tertarik menggunakan transportasi publik, terutama di kota metropolitan seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar.
"Untuk tujuan pendek (antara terminal, kantor pelayanan atau pusat perbelanjaan) sangat perlu dikembangkan untuk kebutuhan perkeretaapian dalam kota," kata Guru Besar ITS itu.
Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018