Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu, Menkes meminta masyarakat agar mempersiapkan diri ketika berniat untuk berangkat haji.
Menkes mengingatkan agar jamaah cek kesehatan secara rutin jauh sebelum hari keberangkatan agar kondisi terjaga. Terlebih kondisi jamaah haji Indonesia sebagian besar berisiko tinggi, karena kategori lanjut usia atau menderita suatu penyakit, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan lain-lain.
"Artinya supaya pada waktu berangkat, keadaan kesehatan kita baik karena memang dijaga. Kalau ada penyakit yang ditemukan dan bisa diobati, kita tangani. Misalnya bagi penderita hipertensi, itu kan bisa ditangani dengan (rutin minum) obat, nah kita minta obat ini janganlupa dibawa. Hal-hal seperti ini perlu diingatkan, karena seringkali obatnya ketinggalan atau ditinggal," kata Menkes Nila.
Kemenkes juga membagi petugas kesehatan haji menjadi tim preventif promotif yang akan senantiasa mengingatkan jamaah tentang kesehatannya.
"Terutama bagaimana untuk menghadapi agar tidak heat stroke, karena suhu udara di sana kan tinggi, sekitar 50 derajat celcius," kata dia.
Kemenkes juga mengirimkan Tim Gerak Cepat (TGC) yang akan menindaklanjuti bila terjadi kegawatdaruratan. Selain itu juga ada fasilitas pelayanan kesehatan Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) yang ada di Jeddah, Makkah dan Madinah.
Kemenkes tidak hanya mengirimkan tenaga kesehatan dari Indonesia, tetapi juga mempekerjakan tenaga kesehatan musiman di Arab Saudi, terutama untuk ibadah wukuf.
"Contohnya, nanti pada saat wukuf. Semua jamaah haji kan harus wukuf di Arafah. Kalau yang tergeletak di RS kan harus tetap membawa mereka ke Arafah. Kita bawa jamaah sakit naik bus, diposisikan satu-satu dibawa ke Arafah, lalu kembali ke RS, itu namanya Safari Wukuf," jelas Menkes.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018