Nostalgia pengguna Yahoo Messenger

17 Juli 2018 13:41 WIB
Nostalgia pengguna Yahoo Messenger
Tampilan terakhir aplikasi Yahoo Messenger di perangkat Android sebelum ditutup. (ANTARA News/Tangkapan layar Yahoo Messenger)

"Biasanya buat ngobrol sama teman kuliah pas sekitar 2010-2011an..."

Jakarta (ANTARA News) - Yahoo resmi menutup layanan mengobrol yang sudah ada sejak 20 tahun yang lalu, Messenger, per hari ini, Selasa (17/7).

Meski pun begitu, layanan Messenger pagi ini masih dapat diakses di Indonesia, salah satunya melalui aplikasi di perangkat Android. Kabar YM, begitu aplikasi ini biasa disebut penggunanya, ditutup menjadi pembicaraan dunia maya, namun, pantauan hingga siang ini di Twitter, tidak menjadi topik utama di Indonesia maupun dunia. India pun demikian, penutupan YM belum menjadi trending topik di sana.

"Dulu, pakai. Sudah lama banget. Sudah nggak ingat fitur-fiturnya," kata Cahyandaru, seorang karyawan swasta yang sempat akrab dengan layanan mengobrol yang satu ini.

Cahyandaru, 28, memakai Messenger pada 2005-2009 sebagai alternatif berkomunikasi, pada masa itu dia lebih banyak menggunakan SMS.

"Buat chat, tapi, kalau lewat PC (komputer) saja. Jadi, YM sifatnya bukan sebagai alat komunikasi utama, cuma, ya, pas nyambung ke internet saja, nggak perlu menyedot pulsa," kata dia.

Muhammad Faisal saat usia SMP cukup aktif memakai Messenger untuk mengobrol dengan teman-temannya saat sedang bermain game online. Saat itu, nama pengguna atau YM ID ibarat bertukar pin BBm pada zamannya, atau nomor ponsel dan LINE ID sekarang.

"Dan dulu nama ID-nya alay-alay dan rata-rata nggak pakai nama asli," Faisal, 24, mengenang.

Tidak seperti Cahyandaru, YM salah satu pilihan utama Faisal untuk berkomunikasi, jika tidak ber-SMS. Begitu era chatting via BBM masuk, Faisal menggunakan YM karena dia tidak memakai ponsel BlackBerry. 

"YM jadi pilihan utama karena bisa diakses melalui agregator aplikasi chatting, kayak eBuddy," kata dia.

Lufthi Anggraeni, 30, relatif lebih muda memakai Yahoo Messenger dibandingkan dua orang sebelumnya, dia mengobrol melalui YM periode 2010-2013, sebagai alternatif telepon dan SMS. 

"Biasanya buat ngobrol sama teman kuliah pas sekitar 2010-2011an, 2012-2013an lebih banyak buat ngobrol sama senior di kantor," kata dia.

Bagi mereka yang memiliki komputer atau laptop serta sambungan internet di atas tahun 2010, Yahoo Messenger sangat membantu untuk mengobrol tanpa khawatir terpotong pulsa. Saat Yahoo Messenger masuk Indonesia, penggunaan ponsel pintar dan internet belum sebesar sekarang sehingga penggunanya lebih banyak mengakses melalui komputer.

Yahoo Messenger kemudian harus menghadapi era media sosial, meski pun tidak menawarkan percakapan jalur pribadi, tetap menjadi alternatif untuk berkomunikasi. Warganet bisa mengobrol melalui Twitter misalnya, dengan konsekuensi dilihat para pengikut atau melalui Direct Message jika ingin lebih privat.

Tapi, para pembuat media sosial tidak berhenti, mereka terus berinovasi agar platform mereka menawarkan sesuatu yang berbeda, seperti Facebook yang memiliki fitur chat sejak awal mereka populer di Indonesia sekitar 2008 lalu.

Perkembangan teknologi semakin pesat, pengguna pun beralih ke berbagai aplikasi pesan yang ditawarkan saat ini mulai dari WhatsApp sampai Telegram. Fitur chat perorangan pun kini tak hanya menjadi hak istimewa Yahoo Messenger, media sosial menawarkan fitur percakapan dengan pengalaman yang kurang lebih sama.

Cahyandaru, Faisal dan Lufthi tidak pernah lagi mengakses Yahoo Messenger setelah mereka aktif menggunakan aplikasi berbagi pesan yang lazim digunakan saat ini. 

"Sudah nggak pernah buka sama sekali, sudah lupa nama akunnya," kata Cahyandaru.

Yahoo memastikan ID pengguna masih dapat digunakan untuk membuka produk lainnya, seperti Mail, setelah Messenger ditutup.
 

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018