• Beranda
  • Berita
  • Guiharpulele, alat musik karya anak bangsa yang diminati dunia

Guiharpulele, alat musik karya anak bangsa yang diminati dunia

19 Juli 2018 16:28 WIB
Guiharpulele, alat musik karya anak bangsa yang diminati dunia
Guiharpulele, sebuah alat musik dengan lima instrumen karya I Wayan Tuges. (ANTARA News/ Dokumentasi Pribadi)

Sekarang ini presentase pembeli asing dan lokal itu 90 banding 10. Kalau pembeli lokal masih sedikit...

Jakarta (ANTARA News) - Pernahkah Anda membayangkan sebuah alat musik dengan lima instrumen yang dapat dimainkan secara keroyokan? Guiharpulele jawabannya.

Guiharpulele merupakan sebuah alat musik yang terdiri dari gitar, harpa, ukulele, kalimba dan washboard. Melalui kelihaian tangan putra Bali bernama I Wayan Tuges, alat musik pertama di dunia ini diciptakan.

Awalnya, Tuges menerima pesanan alat musik unik dengan lima instrumen dari band indie asal Toronto, Kanada, bernama 'Walk off The Earth' pada 2017 silam.

"Ada rekan saya bernama Dany Conveder meminta saya membuat alat musik itu, saya bilang ya saya siap," ujar Tuges saat dihubungi Antara dari Jakarta, Jumat.

Pria yang kesehariannya memiliki usaha pembuatan alat musik berdawai ini, kemudian membuat desain dari alat musik itu yang diinginkan. Ia berpikir keras tentang bagaimana penempatan setiap alat musik yang ingin dipadukan.

Setelah selesai, desain tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari 'Walk off The Earth', sehingga Tuges dapat mulai memproduksinya.

Di bawah bendera Blueberry Guitars, pria 66 tahun ini kemudian mulai memproduksi guiharpulele dari memilih jenis kayu yang tepat, hingga menguji coba kualitas setiap suara pada alat musik itu.

"Mereka minta depannya itu kayunya putih. Makanya saya gunakan kayu mapple pada bagian depan yang dipadukan dengan kayu mahoni untuk bagian samping dan belakang," tutur kakek dari sembilan cucu dan dua cicit ini.

Ayah empat orang anak itu kemudian menggunakan kerang mutiara sebagai bahan pendukung. Ia juga membuat mould atau cetakan bodi untuk alat musim yang akan diciptakannya.

Agar kualitas setiap instrumen musiknya bagus, pria yang mengaku tak piawai bermain alat musik ini menggaris-garis kayu bagian dalam. Namun, karena teknik tersebut adalah rahasia, ia enggan menjelaskan secara rinci.

Setelah bodi alat musik rampung dibuat, lantas sang pemesan ingin terdapat ukiran pada alat musik pesanannya, yang konon memiliki makna tersendiri bagi mereka.

"Motif pada alat musik ini ya sesuai pesanan 'Walk of The Earth', jadi kami mengerjakan sesuai keinginan mereka," tukasnya.

Lima bulan kemudian, guiharpulele pun selesai dibuat. Untuk menguji kualitas suara dari setiap instrumen, Tuges meminta rekannya, yang merupakan gitaris dengan julukan 'satu jari' untuk memainkannya.

Ketika semuanya rampung, barulah ia memberanikan diri untuk mengirim produknya. Tak tanggung-tanggung, Tuges membanderol harga sebuah guiharpulele seniali 10.000 dolar AS.

"Kadang kita harus berani memberikan harga tinggi, karena memang produk yang kita buat itu bagus, berkualitas," ungkapnya.

Sayangnya, belum banyak musisi dalam negeri yang mengakui bahwa produk alat musin buatan lokal memiliki kualitas yang tidak kalah dengan produk impor.

"Ini soal mindset, masih banyak musisi lokal yang bangga dengan alat musik impor, jadi apa-apa beli dari luar negeri. Padahal produk dari dalam negeri justru dilirik bule," ujar Tuges.

Menurutnya, hal itu pula lah yang membuat usaha pembuatan alat musik berdawainya di Jalan Raya Guang, Desa Guang Sukawati, Gianyar, Bali, justru ramai oleh pembeli dari luar negeri. Sedangkan, pembeli dari dalam negeri masih terbatas oleh kalangan tertentu.

Beberapa musisi terkenal maupun kolektor sempat membeli gitar karya Tuges, di antaranya mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Iwan Fals hingga Eross Djarot tak segan menyambangi toko milik Tuges.

"Sekarang ini presentase pembeli asing dan lokal itu 90 banding 10. Kalau pembeli lokal masih sedikit. Makanya saya masih ingat nama-namanya. Selain dari kalangan musisi, ada juga kolektor yang sengaja datang untuk membeli," ujarnya.

Pria yang telah membuat sekitar 2.000 gitar sejak usahanya dimulai pada 2007 ini pernah memiliki banyak karyawan, namun saat ini tinggal tersisa 15 orang, karena Tuges ingin lebih fokus membuat produk dengan karya-karya yang unik dan indah.

Diketahui, ‘Walk off The Earth’ telah memainkan guiharpulele dengan menyanyikan lagu berjudul ‘Girls Like You’ pada channel YouTube mereka. Adapun 1,4 juta penonton telah menyaksikan bagaimana alat musik karya anak bangsa dimainkan oleh band indie dari Kanada.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018