Benih unggul jeruk yang dibagikan merupakan jenis jeruk siam dan keprok serta jeruk besar (pamelo) yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian.
Jeruk merupakan salah satu komoditas potensial di Indonesia, buahnya kaya akan vitamin C dan memiliki peran penting guna memenuhi kebutuhan konsumsi buah bagi masyarakat di tanah air. Luas panen jeruk diproyeksikan meningkat sampai dengan tahun 2020 sebesar 2,03 persen/tahun, dimana pada 2020 luas panen jeruk diproyeksikan akan menjadi 61.788 hektare.
Di Kalimantan Selatan tepatnya di Kabupaten Banjar petani telah melakukan budidaya jeruk sejak tahun 1930-an yang kemudian meluas ke kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan.
Budidaya jeruk dilakukan dengan memanfaatkan lahan rawa, dimana penanaman jeruk semakin meningkat seiring dengan dibukanya lahan yang meliputi lahan rawa pasang surut, lahan lebak, lahan kering serta lahan tadah hujan di Kalimantan Selatan untuk areal pertanian.
Luas lahan rawa di Indonesia menurut data yang tercatat Badan Litbang Pertanian mencapai 34,4 juta hektare, yang terdiri dari lahan pasang surut seluas 20,1 juta hektar dan lahan rawa lebak seluas 13 juta hektar. Potensi lahan rawa lebak di Indonesia tersebar di Kalimantan Timur (509.426 ha), Sumatera Selatan (365.685 ha), Riau (211.587 ha), Kalimantan Selatan (208.893 ha) dan Lampung (126.465 ha)
Lahan rawa lebak sangat potensial dimanfaatkan sebagai daerah lumbung pangan, yakni salah satunya dengan tananam padi. Pemanfaatan lahan rawa lebak oleh petani di Kalimantan Selatan yakni dengan menerapkan sistem Surjan.
Sistem surjan merupakan salah satu contoh usaha penataan lahan dengan diversifikasi tanaman di lahan rawa lebak. Petani melakukan budidaya dengan sistem surjan dimana mereka memanfaatkan lahan dengan menanam padi pada ledokan/tabukan dan menanam jeruk pada daerah galangan.
Tanaman jeruk sangat menjanjikan dan memberikan keuntungan yang cukup tinggi dibandingkan tanaman lainnya. Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang mempunyai peranan penting bagi petani di Kalimantan Selatan, karena selain produksinya tinggi, digemari oleh konsumen dan memiliki nilai ekonomi yang menguntungkan.
Selain jeruk, komoditas yang paling banyak ditanam di lahan rawa sulfat masam adalah padi sawah. Saat ini petani di Kalimantan Selatan telah menanam padi varietas lokal dengan hasil 1,64 t/ha, Sedangkan varietas padi lainnya yang mulai ditanam dan dapat meningkatkan hasil diantaranya varietas Banyu Asin 3,44 t/ha, Punggur 3,37 /ha, Siak Raya 3,26 t/ha, Batang hari 3,22 t/ha, dan Ciherang 3,07 t/ha.
Pemanfatan lahan rawa lebak untuk tanaman padi perlu dikelola dengan baik sehingga akan dapat memberikan provitas yang lebih baik dari kondisi yang ada di petani saat ini (1,64 t/ha), peningkatan intensitas pertanaman IP 100 menjadi IP 200 sehingga cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan dunia bisa terwujud, demikian Kepala Puslitbang Tanaman Pangan Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, MSi memberikan arahan kepada jajaran di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan untuk berperan aktif membumikan inovasi teknologi yang telah dihasilkan.
Dalam rangka Persiapan Palaksaan Gelar Teknologi pada Peringatan HPS XXXVIII Tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Selatan Kapuslitbang Tanaman Pangan memberi arahan untuk mengembangkan varietas padi rawa pada lokasi Gelar Teknologi.
Varietas padi memiliki potensi hasil tinggi dan adaptif pada lahan rawa lebak, tahan terhadap hama dan penyakit utama antara lain Inpara 2 , 3, 8 Agritan dan 9 Agritan yang masing-masing memiliki potensi hasil 6,08 t/ha, 5,6 t/ha , 6,0 t/ha dan 5,6 t/ha. Varietas-varietas potensial ini saat ini telah ditanam di daerah Jejangkit. Kapus meyakini bahwa budi daya dengan sistem surjan akan mampu meningkatkan keuntungan usahatani, terutama di lahan rawa pasang surut. Selain panen padi, petani sekaligus bisa melakukan panen jeruk dari lahan yang sama.
(RTPH & UJE)
Baca juga: Balingtan pacu generasi muda hasilkan inovasi ramah lingkungan
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018