Roem Kono dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Jumat, mengutarakan harapannya agar pemerintah segera menyelesaikan fenomena tersebut dengan menstabilkan harga telur di pasaran.
Selain itu, ujar dia, berbagai pihak juga diharapkan jangan sampai berspekulasi atau membuat pernyataan yang masih belum jelas terkait dengan fenomena kenaikan harga telur akhir-akhir ini.
"Semua itu perlu diteliti lebih dalam penyebabnya, dan harus segera dicari penyelesaiannya," kata politisi Partai Golkar itu.
Pemerintah perlu benar-benar mendalami berbagai hal yang terkait dengan permasalahan berkurangnya pasokan telur ayam ke berbagai daeah yang juga mengakibatkan melonjaknya harga komoditas tersebut.
Sementara itu, anggota Komisi IV DPR lainnya Hermanto mengingatkan bahwa pengadaan telur dapat dibagi menjadi dua klaster pemasok.
"Yaitu supplier besar dalam hal ini korporasi dan ada juga petani telur kelas menengah ke bawah," papar politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Ia berpendapat bahwa untuk pemasok telur besar maka seluruh komponen biaya daripada ayam itu atau telur itu dikuasai oleh para korporasi.
Dengan melihat hal seperti itu, ujar dia, maka dapat dilihat siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan dalam hal ini.
Sementara itu, Center for Indonesian Policy Studies menilai bahwa berkurangnya pasokan jagung untuk pakan ayam memicu tingginya harga telur di wilayah DKI Jakarta dan berbagai daerah lainnya di Nusantara.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Imelda Freddy mengatakan, lebih dari 50 persen produksi jagung memang diperuntukkan bagi konsumsi hewan, misalnya saja ayam.
Menurut Imelda, mahalnya harga pakan ayam nabati, yang sebagian besar adalah jagung, dipengaruhi oleh ketersediaannya di pasar di mana jumlah produksi nasional tidak bisa memenuhi jumlah konsumsinya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengakui adanya disparitas harga telur ayam ras di tingkat peternak dan konsumen mencapai 60 persen sehingga mengakibatkan harga komoditas tersebut melambung terutama dalam sepekan terakhir.
Dalam Operasi Pasar Telur Murah di Toko Tani Indonesia Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (19/7), Menteri Amran melaporkan harga telur di Jabodetabek memang sudah perlahan turun meskipun perbedaannya masih berkisar 40-60 persen.
Mentan menjelaskan perbandingan harga yang jauh tersebut salah satunya karena rantai pasok yang panjang dari tingkat peternak, warung pengecer hingga konsumen. Selain itu, para pedagang diduga mengambil keuntungan yang tinggi sehingga harga di tingkat konsumen menjadi mahal.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018