"Alhamdulillah sekarang ini makin banyak caleg PDIP dari tokoh Islam. Semua ini untuk bangsa," kata Nasyirul Falah atau Gus Falah dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Tokoh-tokoh Islam yang menjadi caleg PDIP itu di antaranya adalah pendiri PK, Yusuf Supendi dan pengacara Rizieq Shihab, Kapitra Ampera.
Gus Falah mengatakan tokoh-tokoh Islam yang menjadi bakal caleg dari PDI Perjuangan mendapat perhatian positif dari masyarakat karena kehadiran mereka menjadi penegas bahwa PDIP dan Islam tidak bisa dipisahkan.
Dia mengatakan kehadiran tokoh-tokoh Islam itu semakin memantapkan PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis religius dan berpihak pada kepentingan umat.
"Hal itu sesuai dengan pesan Bung Karno yang mengatakan semua anak bangsa harus bersatu, apapun agama dan sukunya," ujarnya.
Atas dasar itu, lanjutnya, seharusnya tidak ada lagi pihak yang mengatakan PDI Perjuangaj jauh dengan umat Islam. Dia menegaskan tokoh-tokoh Islam di tubuh PDIP menguatkan nilai gotong royong demi menyukseskan pembangunan bangsa.
"Jadi jangan ada lagi cap yang mengatakan PDIP tidak dekat dengan Islam. Karena faktanya 90 persen pemilih kita adalah umat Islam," ujarnya.
Anggota Komisi VII DPR RI itu berharap caleg dari tokoh Islam itu akan membawa keteduhan, menjaga persatuan dan menguatkan nilai gotong royong.
Sebelumnya pendiri PK, Yusuf Supendi mengakui bahwa dirinya telah menjadi kader PDI Perjuangan dan telah mendaftarkan diri sebagai bakal caleg dari PDI Perjuangan.
Yusuf meyakini dirinya bisa memperkuat basis pemilih partai tersebut yaitu kaum santri pada Pemilu 2019.
"Saya amati di lapangan dan membaca laporan riset yang berwibawa misalnya dari Saiful Mujani bahwa pemilih PDIP itu 70 persen kaum santri, muslimin yang taat beragama, maka tepat jika saya bergabung dengan partai ini," kata Yusuf di Jakarta, Selasa (17/7).
Dia mengatakan beberapa waktu lalu PDIP dipersepsikan sebagai partai anti-Islam dan simpatisan PKI, sehingga dirinya tertantang untuk mengubah persepsi itu.
Yusuf yakin dapat berjuang mengoreksi persepsi keliru tersebut, melalui penyebaran informasi yang tepat dan perilaku politik yang mengedepankan kemaslahatan agama, bangsa, dan negara.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018