"IHAF ini memegang badan akreditasi produk halal seluruh negara. Mudah-mudahan dari situ bisa kencang (ekspor)," kata Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya di Jakarta, Senin.
Bambang menjelaskan sertifikasi produk halal merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendukung peningkatan ekspor.
Berdasarkan survei Global Islamic Economic Gateway, bertambahnya jumlah penduduk muslim pada 2020 yang diperkirakan mencapai 20 persen dari total populasi dunia diprediksi akan mendorong perdagangan produk halal dunia.
Survei tersebut melaporkan bahwa pada 2015 pasar global untuk produk pangan halal mencapai 16,6 persen dari pasar global atau sekitar 1,17 miliar dolar AS dan diperkirakan akan meningkat menjadi 18,3 persen pada 2020.
Sayangnya, standarisasi sertifikasi yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya menjadi halangan produk halal nasional bisa masuk ke pasar negara tertentu.
"Diharapkan dengan menggandeng IHAF, kita bisa ekspor produk halal ke negara-negara lain. Tidak hanya negara-negara Islam tetapi juga negara-negara lain yang banyak penduduk muslimnya," katanya seraya menambahkan China juga telah masuk dalam keanggotaan IHAF.
Bambang mengatakan inisiasi untuk menggandeng IHAF terus dilakukan dan diharapkan kerja sama bisa terealisasi pada November mendatang. Nantinya, BSN akan bekerjasama dengan IHAF melalui Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Kendati demikian, ia enggan menyebut nilai ekspor produk halal yang bisa dicapai dengan kerja sama tersebut.
"IHAF mudah-mudahan bisa kerja sama November ini," imbuh Bambang.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018