Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Padang Panjang, Mamuri di Padang Panjang, Sabtu, mengatakan, puncak gerhana bulan total terpantau terjadi pada pukul 03.21 WIB.
"Sebelumnya gerhana bulan total telah dimulai pada pukul 02.29 WIB dan 52 menit kemudian baru mencapai puncak sehingga tertutupnya seluruh permukaan bulan," katanya.
Ia menyebutkan, kemudian gerhana bulan total tersebut mulai terbuka kembali pada pukul terbuka 04.12 WIB, dengan total waktu keseluruhan selama 103 menit.
Menurut dia, terkait dengan adanya fenomena lain seperti terjadinya hujan meteor maupun bersandingya bulan, Planet Mars dan Saturnus, tidak terlihat dalam pemantauan, karena pihaknya hanya fokus pada pergerakan bulan dan matahari. Akan tetapi hal tersebut akan terpantau oleh LAPAN yang memang fokus pada benda-benda luar angkasa.
"Kami akan terus memonitor gerhana bulan ini hingga bayangan bumi benar-benar lepas menutupi bulan," ujarnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly mengatakan peristiwa gerhana bulan yang terjadi pada 28 Juli 2018 dini hari merupakan peristiwa langka karena merupakan gerhana bulan total terlama pada abad ke-21.
Ia menyebutkan, Gerhana bulan total selanjutnya akan terjadi pada 9 Juni 2123, namun tidak akan dapat teramati dari Indonesia. Selanjutnya Gerhana bulan total dengan fase totalitas yang lebih lama dan dapat diamati dari Indonesia baru akan terjadi pada 19 Juni 2141, mencapai 106 menit.
"Mengingat peristiwa ini langka, BMKG melakukan pengamatan di 24 lokasi yang tersebar dari Sabang sampai Merauke," kata dia.
Sementara itu Peneliti Pusat Ilmu Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rhorom Priyatikanto mengatakan keunikan dari gerhana bulan total kali ini adalah bulan purnama akan tampak meredup selama 3 jam 55 menit dan tampak memerah selama 1 jam 43 menit.
Ia menyebutkan pada 27-28 Juli tersebut bulan tampak menggantung di langit, ditemani Planet Mars dan Saturnus.
Pewarta: Syahrul Rahmat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018