BNPB perkirakan 689 pendaki masih di Rinjani

30 Juli 2018 16:41 WIB
BNPB perkirakan 689 pendaki masih di Rinjani
Sejumlah wisatawan pendaki Gunung Rinjani berhasil turun saat terjadi gempa di pintu pendakian Bawaq Nau, Kecamatan Sembalun, Selong, Lombok Timur, NTB, Minggu (29/7/2018). (ANTARA/Ahmad Subaidi)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan masih ada 689 pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani setelah gempa 6,4 Skala Richter mengguncang wilayah Lombok, Sumbawa dan Bali pada Minggu (29/7).

"Yang masih terjebak di puncak Rinjani diperkirakan 689 orang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta, Senin.

Ia mengatakan menurut data sementara BNPB ada 829 orang yang terdiri atas 637 warga negara asing dan 192 warga negara Indonesia yang mendaki Gunung Rinjani pada 27-28 Juli.

"Jumlah ini kemungkinan masih bertambah karena porter, pemandu dan tamu yang naik (ke Rinjani) pada 25-26 Juli belum turun (gunung) semuanya," katanya.

Sutopo mengatakan hingga pukul 23.00 WIT Minggu (29/7) malam, petugas sudah berhasil mengevakuasi 680 pendaki yang terdiri atas 358 warga negara asing dan 322 warga negara Indonesia sehingga menurut perkiraan masih ada 149 orang yang belum ditemukan.

Berdasarkan laporan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, jumlah pendaki yang terjebak di kilometer 10 Jalur Sembalun diperkirakan 500 orang yang terdiri atas 135 warga negara asing dan 365 warga negara Indonesia; dan pendaki yang masih berada di Batu Ceper ada 40 orang. Dengan demikian total pendaki yang diduga masih berada di Gunung Rinjani berjumlah 689 orang.

BNPB mencatat, hingga Senin siang jumlah korban tewas akibat gempa di Lombok sampai 16 orang dengan rincian empat orang meninggal di Lombok Utara, seorang meninggal di Gunung Rinjani dan 11 orang meninggal di Lombok Timur.

Sementara jumlah korban luka di Lombok Utara dan Lombok Timur sebanyak 355 orang dan jumlah warga yang diungsikan 5.141 orang menurut BNPB.

Sutopo menambahkan jumlah bangunan yang rusak akibat gempa di NTB meliputi 1.454 rumah, tujuh fasilitas pendidikan, lima fasilitas kesehatan dan 22 fasilitas ibadah.

Gubernur NTB Zainul Majdi telah menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana di wilayahnya selama lima hari sejak 29 Juli hingga 2 Agustus 2018.

Baca juga: Gempa Lombok, TNI kerahkan Koppasus evakuasi turis Rinjani
 

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018