Kepada Media Center Haji di Mekkah, Rabu, Wanti, menyarankan calon haji yang mengenakan ihram di pesawat dapat menangkupkan kainnya ke seluruh tubuh sehingga terhindar dari paparan dinginnya ruang pesawat dan bisa menjaga suhu tubuh tetap hangat.
Dia mengatakan, laki-laki calon haji boleh menutup bahu kanannya dengan kain ihram jika tidak sedang tawaf di Masjidil Haram. Sebaliknya, bahu kanan harus terbuka saat melakukan amalan mengitari Kabah atau tawaf.
Jika kedinginan, kata dia, calon haji bisa terkena masuk angin maka dari itu harus dikelola sedemikian rupa agar jemaah tetap bugar setibanya di Tanah Suci. Ibadah haji di Tanah Suci memerlukan kebugaran prima karena rangkaiannya tergolong panjang dan berat.
Dia mengatakan, meski calon haji sudah mengenakan kain ihram tetapi tetap bisa mengenakan penutup kepala karena belum melakukan niat ihram.
Untuk itu, jika perlu calon haji bisa mengenakan penutup kepala saat di pesawat. Adapun salah satu larangan calon haji yang sudah berniat ihram adalah mengenakan penutup kepala, mengenakan pakaian berjahit dan lainnya.
Apabila dengan cara itu belum cukup menghilangkan kedinginan di pesawat, kata dia, maka calon haji bisa menggunakan selimut yang disediakan maskapai penerbangan. Jika belum tersedia agar meminta kepada pramugari. "Jadi diselimuti saja tubuhnya dalam pesawat, minta selimut juga kepada pramugari," kata dia.
Penting juga, kata dia, calon haji agar tidak menahan buang air kecil di pesawat karena bisa mengganggu metabolisme tubuh. Buang air kecil biasanya menjadi hal yang ditakuti sebagian calon haji karena tidak terbiasa dengan toilet di pesawat.
Dia mengatakan, pernah ada kasus jamaah pingsan di bandara tujuan karena menahan buang air kecil. Untuk itu, menahan buang air kecil di pesawat sangat tidak disarankan karena durasi penerbangan bisa mencapai delapan jam lebih.
Untuk menjaga kebugaran, dia mengimbau jemaah untuk tidak menunda makan di pesawat. Jika tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup tentu akan terus bugar dan tidak mudah terserang penyakit.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018