Rubella sebabkan anak terlahir katarak dan tuli

2 Agustus 2018 20:58 WIB
Rubella sebabkan anak terlahir katarak dan tuli
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek (keempat kiri) menyaksikan penyuntikan imunisasi campak measles dan rubella (MR) di MTs Negeri 1 Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/8/2018). Imunisasi MR tersebut diselenggarakan serentak di 28 provinsi di luar Pulau Jawa selama Agustus-September 2018. (ANTARA /Yusran Uccang)

imunisasi rubella pada anak untuk memutus mata rantai virus supaya tidak tertular pada ibu hamil,

Jakarta,  (ANTARA News) - Virus rubella yang menginfeksi ibu hamil pada awal masa kandungan dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan, kata Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia DR dr Soedjatmiko Sp.A(K).


Soedjatmiko di Jakarta, Kamis, menyatakan imunisasi vaksin MR penting sebagai pencegahan penularan campak dan rubella karena kedua penyakit tersebut belum dapat diobati secara menyeluruh melainkan hanya bersifat suportif.


"Vaksin campak itu untuk melindungi anak dari penyakit campak. Campak pada anak berbahaya bisa menyebabkan diare, ensefalitis (radang otak), kebutaan, gizi buruk hingga kematian. Tapi kalau imunisasi rubella pada anak untuk memutus mata rantai virus supaya tidak tertular pada ibu hamil," kata Soedjatmiko.


Rubella merupakan penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Namun yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek kepada janin apabila rubella menyerang pada wanita hamil trimester pertama.


Infeksi rubella selama awal kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian janin, atau sindrom rubella konegnital (Congenital Rubella Syndroma/CRS) pada bayi yang dilahirkan.


CRS biasanya bermanifestasi sebagai penyakit jantung bawaan, katarak, microcephaly (kepala kecil), dan tuli.


Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sejak tahun 2010 sampai 2015 diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella.


Jumlah ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan mengingat masih banyaknya kasus tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.


Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukkan 70 persen kasus rubella terjadi pada kelompok usia di bawah 15 tahun. 

Baca juga: Menkes: fatwa MUI bolehkan imunisasi

Baca juga: Di Riau, 931 anak terjangkit campak

Baca juga: Unicef: program campak-rubella sukses di Pulau Jawa

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018