"Proyeksi ini sekitar sembilan persen diatas kondisi normal," kata Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia Philia Wibowo dalam seminar "Women's Participation for Economic Inclusiveness" di Surabaya, Kamis.
Philia menjelaskan proyeksi optimistis ini karena Indonesia telah memperlihatkan kinerja yang lebih baik dari rata-rata negara Asia Pasifik lainnya terkait dengan kesetaraan perempuan.
Kemajuan itu antara lain dengan peningkatan pendaftaran siswa perempuan di sekolah menengah hingga dua kali lipat dalam waktu kurang dari satu dekade.
Keberhasilan lainnya adalah penurunan angka kematian ibu melahirkan dan pemenuhan kuota 30 persen bagi kandidat perempuan di pemerintahan.
"Jika Indonesia meningkatkan upaya dalam meraih paritas gender, dampak ekonomi yang signifikan dapat kita raih," ujar Philia.
Untuk meraih peluang PDB tersebut, Philia menyebutkan empat hal utama yang bisa dilakukan pemerintah agar ketidaksetaraan gender makin menurun.
Pertama, melegislasi dan menegaskan perlindungan bagi perempuan yaitu dengan mewajibkan cuti bagi ayah dan mencegah pelecehan seksual.
Kedua, melanjutkan perluasan akses infrastruktur untuk mengurangi pekerjaan rumah tangga. Ketiga, meningkatkan pembelajaran keterampilan digital dan kewirausahaan pada tahun awal sekolah menengah.
Terakhir, berinvestasi pada perubahan sikap mengenai peran perempuan pada ranah kerja dan masyarakat melalui kampanye kesadaran umum.
Sebelumnya, McKinsey Global Institute menghitung "Gender Parity Score" (GPS) untuk semua negara di Asia Pasifik dengan menggunakan 15 indikator kesetaraan gender dalam dunia kerja.
Riset ini juga menggunakan tiga tipe kesetaraan gender di masyarakat termasuk layanan dan pendukung ekonomi yang penting, perlindungan hukum dan suara politik serta keamanan fisik dan otonomi.
Skor GPS Indonesia dalam kesetaraan gender di dunia kerja adalah 0,52 atau diatas rata-rata regional 0,44, namun masih dibawah skor terbaik regional sebesar 0,73.
Dari skor ini, McKinsey melihat adanya peluang untuk memperkuat perlindungan hukum bagi perempuan dan ruang untuk meningkatkan jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan di perusahaan.
Indonesia juga mempunyai peluang untuk meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan yang masih berkembang pelan dan berada pada kisaran 51 persen.
Saat ini, perempuan Indonesia baru mewakili sekitar 38 persen dari keseluruhan angkatan kerja dengan kontribusi terhadap PDB hanya sekitar 29 persen, atau terendah keempat di Asia Pasifik.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018