Uniknya wisata kuliner ikan di Manado

3 Agustus 2018 14:23 WIB
Uniknya wisata kuliner ikan di Manado
ilustrasi. (ANTARA FOTO/Yusran Uccang)
Manado (ANTARA News) - Manado terkenal dengan olahan kuliner ikannya. Salah satunya ada di Rumah Makan Ocean27 Manado, kawasan wisata kuliner ikan yang mengangkat kearifan lokal Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Kami selain mengejar bisnis, namun tidak lupa mengangkat kearifan lokal Minahasa yang menjadi daya tarik jual yang tinggi dalam wisata kuliner di Manado," kata Pemilik Ocean27 Manado Ivanry Matu di Manado, Kamis.

Kearifan lokal itu beruoa resep olahan menu ikan yang disajikan.

Ivanry mengatakan di RM Ocean27 menyediakan menu utama yakni kepala ikan kakap atau bobara bakar rica ala Minahasa. Namun ada juga jenis ikan lain sesuai dengan permintaan dari pelanggan.

Ia mengatakan selain itu, menyajikan berbagai macam jenis sayur ala kampung untuk menemani menu utama kepala ikan kakap.

Dia menjelaskan seperti sayur pakis bunga pepaya tumus, sayur bambu santan, terong santan, labu daun ganemo dan masih banyak lagi.

"Pasti semua sajian sayur ala Minahasa akan menggugah selera makan para tamu dan pelanggan RM Ocean27," katanya.

Selain ikan bakar, ada menu kuah asam. Kuah ini dipadukan dengan ikan laut. Rasanya nikmat, bumbu-bumbunya sangat terasa. Apalagi porsinya jumbo, bisa dinikmati dua sampai tiga orang.

Ada pula menu woku belanga, olahan khas Minahasa. Menu ini bisa menjadi pilihan nikmat lainnya di antara lezatnya makanan lainnya.

Tiap menunya dijual per paket, dengan tambahan nasi dan sayur dengan harga menu dikisaran Rp30.000-Rp100.000 sesuai dengan ukuran ikannya.

"Kami memberdayakan nelayan lokal sebagai pemasok ikan, jadi saya ingin dari hulu sampai hilir akan tumbuh dan berkembang bersama," jelasnya.

Rumah Makan Ocean 27 Malalayang, menjadi pilihan tepat untuk anda para pecinta ikan bakar. Rumah makan pinggir laut ini akan memberikan kepuasan dalam berwisata kuliner di Kota Manado.


Baca juga: Restoran Manado hadirkan menu zaman Raja Tiongkok

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018