Bayi gajah sumatera lahir di Barumun

4 Agustus 2018 18:34 WIB
Bayi gajah sumatera lahir di Barumun
Arsip Foto. Bayi gajah sumatera yang baru lahir bersembunyi di bawah kaki induknya di Kamp Elephant Flying Squad di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, Kamis (23/11/2017). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta (ANTARA News) - Satu anak gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) betina lahir alami di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS), Sumatera Utara.

"Dengan kelahiran gajah ini, menambah jumlah populasi gajah di BNWS menjadi 15 ekor. Saat ini kondisi anak gajah sehat, aktif dan sudah langsung menyusu pada induknya," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Hotmauli Sianturi dalam keterangan tertulis, Sabtu.

Anak gajah betina Poppy dan pejantan bernama Dwiky itu memiliki berat 96,49 kilogram (kg), tinggi badan 86 cm dan lingkar dada 107 cm.

Hotmauli menuturkan sebelumnya ada satu anak gajah sumatera yang lahir di BNWS. Anak dari induk betina bernama Dini itu dinamai nama Fitri oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena lahir bersamaan dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Ia menjelaskan pula bahwa kelahiran gajah secara alami merupakan wujud keberhasilan upaya konservasi gajah secara eksitu di Provinsi Sumatera Utara sejak dimulainya kerja sama antara BBKSDA Sumut dan BNWS tahun 2016.

"Dengan adanya kelahiran anak gajah di Sumatera Utara, diharapkan bisa menjadi pengobat kesedihan, atas kematian gajah yang baru-baru ini terjadi di Aceh (gajah bunta)," katanya.

Saat ini BBKSDA Sumut mengelola tiga lokasi konservasi gajah eksitu, dengan jumlah gajah total 22 yang tersebar di Pusat Latihan Gajah Holiday di Kabupaten Labuhan Batu Selatan (tiga), BNWS di Kabupaten Padang Lawas Utara (15), dan Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC) di Kabupaten Simalungun (empat).

Gajah Sumatera merupakan satwa dilindungi, berstatus Kritis (Critically Endangered) menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), serta tercantum dalam lampiran I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).

Hilangnya habitat menjadi ancaman utama bagi populasi gajah, selain perburuan, dan konflik dengan manusia.

"Perubahan habitat meningkatkan kerentanan terhadap kelestarian populasi, dimana Gajah Sumatera sangat tergantung pada habitat yang luas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan pakan, air dan ruang," kata Hotmauli.

Baca juga: Bengkulu jadi percontohan pembangunan koridor gajah sumatera
Baca juga: Habitat gajah Sumatera terus susut, konflik dengan manusia sering
 

Pewarta: Virna Puspa S
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018