Potensi tsunami terjadi di pantai Lombok Barat bagian utara dengan status waspada dan pantai Lombok Timur bagian Utara dengan status waspada. Waktu kedatangan tsunami diperkirakan pada pukul 18.48 WIB.
"Status waspada artinya pemda yang berada di status waspada memperhatikan peringatan dini dan segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai. Kemungkinan air laut akan naik ke daratan tetapi kedalaman berkisar kurang dari 0,5 meter," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu.
BPBD NTB telah memerintahkan masyarakat untuk menjauh dari pantai. Gempa dirasakan di Pulau Lombok, Pulau Sumbawa, Pulau Bali hingga Jawa Timur bagian timur.
"Guncangan sangat keras dirasakan di Kota Mataram. Masyarakat berhamburan keluar rumah. Masyarakat berlalu lalang di jalan dengan kondisi gelap karena listrik padam," kata Sutopo.
Selain guncangan, masyarakat juga merasakan gempa susulan. Hingga saat ini telah terjadi 14 kali gempa susulan.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya tsunami dengan ketinggian air yang masuk ke daratan 10 cm dan 13 cm. Diperkirakan maksimum ketinggian tsunami 0,5 meter waktu peringatan dini hingga BMKG menyampaikan pengakhiran peringatan tsunami.
Berdasarkan analisis peta guncangan gempa dirasakan intensitas gempa di Kota Mataram VIII MMI, Karangasem VI MMI, Ubud V MMI, Denpasar IV MMI, Kuta IV MMI, Tabanan V MMI, Singaraja III MMI, Negara IV MMI, Banyuwangi III MMI, Jember III MMI, dan Malang II MMI.
Dengan melihat kondisi tersebut diperkirakan kerusakan bangunan banyak terjadi di Kota Mataram.
"Umumnya bangunan-bangunan yang dibangun dengan kurang memperhatikan kontruksi tahan gempa akan mengalami kerusakan jika terkena guncangan gempa dengan intensitas di atas VI MMI, apalagi saat ini di Kota Mataram intensitas gempanya VIII MMI," ujar Sutopo.
Baca juga: Warga lihat cahaya hijau saat gempa 7 SR
Baca juga: Warga: gempa di Lombok terasa bergelombang
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018