Informasi dari Humas BMKG yang diterima di Jakarta, Senin dini hari, menyebutkan gempa Bumi susulan itu dengan kekuatan yang terus menurun.
Masyarakat di Pulau Lombok juga terpaksa mengamankan diri di tempat terbuka sebab tidak berani kembali ke rumah mereka karena gempa susulan masih dirasakan.
BMKG menyatakan gempa bumi tektonik 7,0 pada skala Richter dengan kedalaman 15 km itu merupakan gempa utama dari rangkaian gempa yang terjadi sebelumnya karena mengingat episenternya relatif sama dengan gempa pada 29 Juli 2018.
Dengan memperhatikan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya, maka gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini, dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
BMKG juga sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami pascagempa tersebut, dan memantau terjadi kenaikan air laut di sejumlah tempat.
Namun peringatan dini tsunami tersebut secara resmi dicabut atau dinyatakan berakhir oleh BMKG pada pukul 20.25 WIB.
Akibat gempa bumi dangkal tersebut, terdata sementara 31 warga meninggal dunia dan sejumlah bangunan rusak. Gempa dan kerusakan juga terjadi di Bali.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018