Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pariwisata mempersiapkan pemulihan sejumlah lokasi wisata yang rusak karena mengalami gempa berkekuatan 7 skala Richter (SR) di wilayah Lombok, Sumbawa dan Bali.Akan kita pulihkan lokasi wisata (di Lombok), termasuk perumahan rakyat, hotel dan sebagainya kita lakukan pemulihan, kita lihat kalau tiga minggu tanggap darurat sudah selesai kita akan lakukan pemulihan
"Akan kita pulihkan lokasi wisata (di Lombok), termasuk perumahan rakyat, hotel dan sebagainya kita lakukan pemulihan, kita lihat kalau tiga minggu tanggap darurat sudah selesai kita akan lakukan pemulihan," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di kawasan Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa.
Menurut Arief, Kemenpar punya tiga program dalam mengatasi gempa yang mengguncang pulau Lombok dan sekitarnya itu yaitu "crisis center" untuk memberikan informasi, kedua memberikan pelayanan kepada wisatawan, dan ketiga pemulihan lokasi wisata.
"Pagi ini sudah selesai 200 orang terakhir, rekan-rekan TNI Polri melakukan penyisiran di pulau-pulau Gili. Kita harapkan hari ini benar-benar tuntas sehingga semua wisatawan mancanegara (wisman) bisa diantar ke Lombok dan dari Lombok akan menuju ke tiga destinasi utama kita, yaitu Bali, Jakarta dan Surabaya dan selanjutnya melakukan penerbangan ke negara masing-masing," tambah Arief.
Namun Arief tidak bisa memastikan apakah ada wisatawan yang masih terjebak di lokasi bencana karena hingga Senin malam (6/8), masih ada sekira enam orang wisatawan asing dari Yunani berada di bukit karena ketakutan akan terjadi tsunami.
Baca juga: Wiranto: 7.000 wisman dievakuasi dari lokasi wisata Gili
"Bencana ini kemungkinan mengganggu target wisatawan mancanegara, kalau kita hitung pada 29 (Juli), saat kejadian (gempa) pertama itu sekitar 100 ribu orang (wisman) berkurang. Kalau dulu saat Gunung Agung Bali ada satu juta orang," ungkap Arief.
Ia memperhitungkan pada 2018, Kemnpar menargetkan 17 juta kunjungan wisman namun realisasinya diperkirakan hanya akan mencapai 16 juta orang wisman.
"Kita optimis pemulihan yang seperti ini tidak terlalu lama, contohnya Bali itu sekitar tiga bulan sudah selesai, kalau ini tanggap daruratnya kita tetapkan tiga minggu," tambah Arief.
Menurut Arief, hingga saat ini juga belum ada negara yang mengeluarkan "travel warning" bagi warganya untuk berwisata ke Lombok. Wisman yang datang ke Lombok paling banyak berasal dari China, selanjutnya Australia, Singapura, Malaysia dan terakhir Eropa.
"Sampai tadi pagi baru China yang saya dengar, China bukan mengeluarkan `travel warning` tapi `travel advisory`, itu khusus untuk Lombok. Kita memahami hal seperti itu karena memang kewajiban suatu negara mengingatkan warganya yang berada di daerah yang terkena bencana, (negara) yang lainnya tidak dan saya berterima kasih terutama perdana menteri Australia langsung menyatakan berbela sungkawa dan tidak mengeluarkan `travel advisory` karena tidak seorang pun menginginkan terjadinya bencana," jelas Arief.
Berdasarkan data Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, korban jiwa karena gempa berkekuatan 7 SR di wilayah Lombok, Sumbawa dan Bali pada 5 Agustus 2018 itu menyebabkan 98 orang meninggal dunia, 236 orang luka-luka, ribuan rumah rusak dan pengungsi mencapai ribuan jiwa yang tersebar di berbagai lokasi.
Korban meninggal dunia paling banyak terdapat di Kabupaten Lombok Utara karena wilayah inilah yang parah terkena dampak gempa.
Sementara evakuasi terhadap wisatawan dilakukan di Gili Terawangan, Gili Air dan Meno terhadap 2.700 orang wisatawan asing dan domestik dari ketiga pulau.
Wisatawan dievakuasi ke Pelabuhan Bangsal Kabupaten Lombok Utara menggunakan 9 kapal. Para wisatawan mengalami trauma dan khawatir karena adanya gempa susulan yang lebih besar diikuti tsunami karena banyak beredar informasi yang menyesatkan (hoax).
Baca juga: Korban gempa NTB jadi 105 orang
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018